Mengunjungi Air Terjun Kaliurang dan Bertemu Monyet Ekor Panjang

Bertahun-tahun lalu ada seorang kawan membagikan status di Facebook bahwa dia sedang bermain di air terjun Kaliurang. “Lah, emang di Kaliurang ada air terjunnya? Sebelah mana?” tanya saya kala itu dengan nada heran.

Wajar saja saya kaget, sebagai orang yang sering ada acara dan menginap di Kaliurang rasanya kok saya belum pernah menjumpai air terjun. Kawan saya pun menjawab bahwa air terjun yang bernama Tlaga Muncar itu ada di hutan belakang Tlogo Putri, alias di kawasan Hutan Wisata Taman Nasional Gunung Merapi.

Lah di sebelah mana? Padahal saya sudah beberapa kali mengeksplore hutan tersebut, bahkan sempat juga trekking dari Tlogo Putri hingga Kalikuning dan Kaliadem PP. Atau mungkin rute trekking saya yang beda arah dengan air terjun?

Taman Nasional Gunung Merapi

Baca: Camping Ceria di Kalikuning Adventure Park

Setelah bertahun-tahun memendam rasa penasaran terhadap air terjun Kaliurang, akhirnya beberapa minggu lalu saya berkesempatan mengunjunginya. Itu juga karena tidak sengaja.

Pada saat tanggal merah di tengah minggu, tiba-tiba kakak ipar mengirimkan pesan dan mengajak kami jalan-jalan. Berhubung hari itu kebetulan saya dan keluarga tidak ada acara, tentu saja tawaran itu langsung diiyakan. Tapi rupanya kakak saya juga bingung mau piknik ke mana, nah lo?

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kami memilih untuk pergi ke Kaliurang. “Cari yang dekat aja”, begitu alasannya. Saya sendiri senang, karena sejak punya anak saya jarang ke Kaliurang. Terakhir ke sana November lalu, itu pun ada acara gathering gereja.

Akhirnya mobil yang berisi 6 orang meluncur ke utara. Saat itu Merapi terlihat sangat jelas dan gagah. Di perjalanan pun kami masih berdebat, “mau ke wisata Kaliurang yang mana?”, maklum di jalan menuju Kaliurang dan Kaliurang-nya sendiri ada banyak destinasi wisata.

Budhe sempat mengusulkan untuk ke The World Landmark – Merapi Park, Dek Emma ingin ke Museum Ullen Sentalu atau ke Bhumi Merapi, sedangkan saya dan mas Chandra manut saja. Ternyata sama Pakdhe mobil diarahkan menuju Tlogo Putri setelah sebelumnya mengelilini Kaliurang.

Baca: Agrowisata Bhumi Merapi, Rekomendasi Tempat Wisata Bersama Anak di Yogyakarta

Dari dulu saya selalu suka dengan Kaliurang. Daerah “Lembang-nya” atau “Puncak-nya” Jogja ini memiliki suhu udara yang dingin dan sangat sejuk. Meski sekarang suhunya tidak sedingin dulu, tempat ini tetap cocok untuk tetirah atau sekadar melarikan diri sejenak dari pengapnya kota.

Paling asyik kalau menginap di wisma yang berhadapan langsung dengan kawasan hutannya. Di sore hari, saya bisa nongkrong di depan penginapan sambil melihat kabut yang merayap tutun. Terkadang kabut membawa uap air yang berlebih sehingga terasa basah di wajah.

Akhirnya Berjumpa Dengan Air Terjun Kaliurang

Hari itu parkiran Tlogo Putri terlihat sangat padat. Kendaraan dengan plat nomor dari berbagai kota berjajar rapi. Mengingat ini adalah tanggal merah wajar saja jika destinasi wisata menjadi ramai. Warung-warung yang menjajakan sate kelinci, jadah tempe, pecel, hingga sego klenyer terlihat penuh dengan pelanggan.

Berhubung hari belum terlalu siang, kami pun memilih untuk langsung melangkah menuju konter tiket Hutan Wisata Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) atau yang juga dikenal dengan Bukit Plawangan Pronojiwo. Saat erupsi Merapi 2010, kawasan ini termasuk wilayah terdampak. Pohon-pohon tumbang dan terbakar. Kini, 9 tahun sesudahnya, hutan sudah kembali menghijau.

Setelah membayar retribusi, kami pun melangkah menyusuri setapak berbatu yang ada di hutan tersebut. Hutan ini terasa sangat sejuk dan asri. Apalagi saat kami datang cuaca berubah mendung, suasana pun terasa semakin dingin.

Belum jauh melangkah, saya melihat deretan payung warna-warni yang bergelantungan. Ih wow, rupanya virus payung-payung itu sudah merambah ke mana-mana ahahaha. Tapi tak mengapa. Kali ini payungnya jadi mempercantik pemandangan. Membuat sedikit variasi biar tidak monoton hijau semua.

air terjun kaliurang tlogo muncar

Melihat payung-payung kecil yang bergelantungan bRe pun bertanya “ibuk itu payung buat apa?”. Dengan iseng saya jawab “ya buat payungan dek, nanti kalau hujan kita pakai buat payungan”. Jawaban asal yang akhirnya berbuntut panjang di akhir perjalanan.

Oya, saat sudah di dalam hutan saya tidak lagi teringat akan air terjun jika Dik Emma tidak mengingatkan. Tiba-tiba dia bilang “Mbak masih penasaran sama air terjunnya?”

“Wah masih dong. Bisa nggak sih kita ke sana? Trekking jauh nggak?”

Sambil terkikik Emma menjawab “bisa banget, dekat kok. Tapi jangan kaget ya, jangan berharap terlalu tinggi”.

Dan ternyata benar, tak sampai 10 menit jalan kaki saya sudah melihat bunyi air terjun. Tapi dari suaranya kok tidak terlalu bergemuruh ya? Begitu saya melihat penampakannya saya beneran kaget dong. Sambil ketawa-ketawa saya bilang “Laah? Segini doaaang?”.

air terjun kaliurang tlogo muncar

Jadi dalam benak saya Air Terjun Tlogo Muncar ini tinggi dan berair deras. Nyatanya saya salah. Dulu, sebelum erupsi Merapi katanya debit Tlogo Muncar ini cukup besar. Tapi semenjak mata airnya tertutup material erupsi (cmmiw) kini debit airnya mengecil. Soal tingginya benar, air terjun kaliurang tinggi. Tapi soal debitnya? No comment deh hihihihi.

Air terjuan yang saya bayangkan sangat keren ternyata hanya berupa ricik kecil. Meski begitu, para pengunjung tetap antusias untuk berfoto di bawah air terjun. Saya juga nggak mau kalah dong, foto dulu sebagai bukti bahwa saya sudah menjejak di tempat ini.

Bercengkerama dengan Monyet Ekor Panjang Penghuni Hutan Kaliurang

Terlepas dari rasa kecewa akibat air terjuan yang tak sesuai harapan, menurut saya kawasan Taman Wisata TNGM ini cukup asyik untuk dikunjungi bersama gebetan keluarga. Kalau Renjana dasarnya dia suka main di alam, sejak masuk ke pintu gerbang sudah heboh lari sana-sini.

Tak jauh dari air terjun terdapat taman kecil yang dilengkapi dengan tempat duduk beton. Ada juga kolam kecil yang dipenuhi ikan. Saya membayangkan duduk-duduk di tempat itu sambil membaca buku atau ngobrol ngalor ngidul pasti seru. Kawasan ini juga dilengkapi dengan playground dan gazebo yang bisa dijadikan tempat berteduh.

Selain bisa merasakan udara hutan yang segar, pengunjung yang datang ke tempat ini juga bisa bercengkerama dengan monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis). Seingat saya, dulu monyetnya tidak sebanyak ini. Tapi kemarin saya sungguh kaget karena menjumpai monyet banyak sekali.

Monyet di Hutan Wisata Kaliurang

Monyet-monyet ini tidak dikurung di dalam kandang melainkan hidup di alam bebas. Mungkin karena terbiasa berjumpa dengan manusia, mereka menjadi lebih jinak. Selama saya disana tidak ada monyet nakal yang merebut barang-barang. Mereka hanya menjadi rusuh saat ada orang yang melemparkan kacang.

Renjana tentu saja senang sekali. Ini adalah kali pertamanya bertemu monyet di alam bebas, sebab dulu dia hanya melihat di kebun binatang GembiraLoka. Dari monyet-monyet yang saya jumpai rata-rata masih berusia anak-anak. Tubuh mereka pun tidak terlalu gendut. Apakah makanan mereka di tempat ini kurang? Entahlah saya tidak tau penyebabnya.

Baca: Bersukaria di Gembiraloka Zoo

Setelah beberapa waktu bermain-main, kami pun memutuskan untuk pulang. Sebenarnya sih belum puas juga, tapi berhubung rintik hujan mulai turun kami pun bergegas kembali ke gerbang utama.

Nah disinilah masalah terjadi. Rupanya Renjana merajuk minta mengambil payung yang ada di bagian depan. Dia benar-benar memegang ucapan saya bahwa payung-payung hias itu bisa dipakai untuk payungan. Duh, mamak salah ngomong. Setelah dijelasin panjang lebar dia pun akhirnya mau mengerti bahwa itu hanyalah hiasan saja. Lain kali saya bakalan lebih hati-hati jika menjelaskan sesuatu padanya.

Menurut saya Hutan Plawangan ini cukup menarik untuk dikunjungi sih. Bisa jadi sarana mengenalkan alam kepada dini kepada anak. Hanya saja saya sarankan untuk datang ke sini saat cuaca cerah. Di musim hujan jalanannya sangat licin dan ada kemungkinan pohon ambruk. Jadi saat berkunjung ke tempat ini Anda harus ekstra hati-hati. Untuk Anda yang takut monyet, sangat tidak disarankan.

Baca: 8 Peranti Perjalanan yang Wajib Dibawa Saat Musim Penghujan

Lokasi Hutan Wisata TNGM Kaliurang

Taman Nasional Gunung Merapi terletak di Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Dari Yogyakarta ikuti saja Jalan kaliurang lurus terus ke utara, niscaya Anda akan tiba di kawasan ini.

Tiket Masuk Hutan Wisata TNGM

Wisatawan nusantara: Rp 8.500 (kemarin Renjana tidak membayar)
Wisatawan asing: Rp 226.000

Tiket ini juga menjadi tiket masuk ke kawasan TNGM lainnya seperti Tlogo Nirmolo dan Gua Jepang. Perbedaan harga wisawatan lokal dan manca memang sangat tinggi karena wilayan ini merupakan kawasan Taman Nasional, sehingga sudah ada peraturan khusus soal tarif tersebut.

tlogo muncar kaliurang

Kalau kawan-kawan sendiri pernah piknik ke Taman Nasional belum? Atau ada pengalaman zonk saat mengunjungi suatu tempat? Atau justru ada pengalaman kurang menyenangkan dengan monyet? Berbagi cerita di kolom komen yuk!

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

45 Comments

  1. Wah Adek Re pemberani dekat monyet2 itu, kayaknya kalau sulthon nggak berani deh, entah mengapa akhir2 ini Sulthon jd penakut banget, sama kucing takut, sama anak ayam takut, denegr suara burung hantu takut. ?

    • Awalnya dia agak takut-takut juga, mbak. Abis itu malah mendekat mau kasih makan. Kalo bRe sejauh ini masih aman jaya sih, masih seneng main sama hewan, apalagi sekarang pelihara kucing juga yang kubilang itu kucingnya dia jadi harus dijaga sendiri hehe.

    • Sekarang monyetnya makin buanyak mas, dan turun semua. Pada beranak pinak dengan subur mereka.

      Wouh aku ke sini pertama kali juga 2004, tapi nggak ngerti kalau ada air terjunnya. Padahal trekking ke pronojiwo juga.

  2. Itu air terjunnya pas musim hujan atau musim panas mbak? Moga2 pas musim kemarau ya, kalau pas musim hujan sekecil itu gak kebayang pas musim kemarau pasti tinggal tebing batu doang…

    • Musim hujan, mas. Saya ke sana bulan kemarin ahahahaha. Sedih banget kan ya, jadi kalau musim kemarau emang jadi kering kerontang kayaknya, cuma tebing aja. Padahal dulu katanya mengalir deras.

  3. Wah sekarang airnya udah ngalir lagi. Beberapa kali setiap ke sana pasti lagi kering.. Pengen sebenernya main ke sana, cuma itu, aku masih sedikit kurang yakin anakku berani sama monyetnya. Dulu makanannya anakku pernah di saut sama kawanan mereka.. hikz

    • Mengalir tapi yo mung kemricik mas. Kalau musim kemarau mesti kering kerontang tinggal tebingnya aja inih.

      Iya sih, kalau takut sama monyet jangan dipaksain daripada nangis, monyetnya banyak banget euy!

  4. Weh mbak. Aku juga belom pernah lho ke air terjun di Kaliurang.
    Banyak banget referensi wisata di kaliurang, tapi kayaknya aku juga cuma ke situ-situ aja. Makanya ketika ada yang ngajak ke Kaliurang, jawabanku cuma,”katanya di kaliurang sih bagus, cuma kok aku nggak pernah nemu di mana bagusnya.”
    Apa aku yang nggak ngerti apa gimana dah. Wkwkwkw

    • Muahahaha, mainlah ke sana Gal. Selama ini aku ke Kaliurang juga cuma buat makrab, gathering, temu alumni, dan acara2 model gitu. Jarang ke Kaliurang yang niatnya piknik. Ternyata banyak tempat menarik kok. Museum Ulen Sentalu, Museum Gunung Merapi, Kaliurang Park, Tlogo Putri, Plawangan, dll, banyak lah. Belum lagi yang ke arah timur, kece2 juga.

  5. haha,, hati2 ngasi penjelasan ke anak kecil.. :V … waduh, musim hujan aja segitu airnya, apalagi pas musim kemarau yaa.. padahal kalau deres keren, tingginya udah dapet soalnya..

    -Traveler Paruh Waktu

  6. Aku dulu pas musim kemarau kesananya, air terjunnya ga sederas ini hehe
    cuma tetesan kecil,,
    btw itu monyetnya jinak sih, cuma suka minta makanan sama pengunjung,,
    aku beli salak pernah diambil sama si monyet 😀

  7. Viewnya bagus, jadi ingin benerin aliran air terjunnya biar deras kembali, rejana kritis dengan jawaban emaknya, memang kalau sama anak2 nggak boleh asal ngomong neh langsung ditagih

  8. Pemandangan nya cantik banget ya. Beruntung gitu liat air terjun nya deras,. Saya pernah ke kaliurang tp ga mampir kesini

    Btw monyetnya jinak ya, saya suka ngeri kalo dekat2 ama monyet wkwkw

  9. Saat membaca bagian atas2nya sih, aku kira juga air terjunnya bakalan sederes bayangan aku, debitnya. Eh setelah di foto, jauh dari bayangan hehee.
    Aku belum pernah main2 ke Jogja mbak,e heheee. Ya kali bisa sampe sana, bisa lah liburan di sini untuk menengok monyet ekor panjang sama air terjun heheee

  10. Lama aku ga ke sini…ada payung2nya ternyata sekarang. Klo dulu polos soalnya, malah waktu itu areaair terjunnya habis longsor..

    Btw…aku pernah diikuti kera ekor panjang gara2 bawa makanan…?

  11. Banyuk juga ya monyetnya, ga takut mba deket-deket gitu. Iya ya air terjunnya ga deres airnya, malah kecil gitu ya. Tapi perlu nih dikunjungi, pasti seru.

  12. Saya belum pernah nih jalan2 ke taman nasional. Pingin banget ke taman nasional gunung leuser .Btw soal air terjun aku pernah juga zonk pas ke air terjun di air selatan. Sebelumnya air terjunnya keren banget, pas aaku kembali kesana n ngajak kawan eh lokasinya jorok karena baru banjir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *