Akhir Pekan di Museum Benteng Vredeburg

Seorang kawan baru saja tiba dari Bandung dan mengajak bertemu. Tentu saja saya mengiyakan ajakannya. Sejak menikah dan memiliki bayi saya menjadi jarang ngumpul dengan kawan-kawan lama, karena itu saat ada kesempatan tentu saja hal itu tidak akan saya sia-siakan. Apalagi perjumpaan terakhir saya dengan Sigit adalah 5 tahun lalu. Itu pun hanya sebatas say hi di depan Stasiun Tugu.

Setelah berbincang via Whatsapp, kami pun memutuskan untuk bertemu di akhir pekan. Sabtu pagi sekitar jam 10an di Vredeburg. Bukan tanpa alasan jika saya memilih Benteng Vredeburg sebagai meeting point, hal ini dikarenakan saya ingin mendatangi pameran tentang Candi Borobudur yang sedang dilangsungkan di tempat tersebut. Selain itu tempatnya yang luas dan tenang bisa menjadi playground menyenangkan bagi bRe. Jadi saat nanti emaknya ngobrol, si bocah bisa lari-lari sepuasnya.

Museum-Benteng-Vredeburg-Jogja
Museum Benteng Vredeburg Tampak dari Depan (pic by Bang Bend Maioloo.Com)

Tak hanya membuat janji bertemu dengan Sigit, mumpung sedang ada di bawah (rumah saya di Jalan kaliurang atas, jadi saya selalu menyebut pusat Kota Jogja dengan istilah bawah) saya juga menghubungi Mbak Nana, sahabat semasa kuliah yang sudah 1,5 tahun tidak berjumpa. Dan dia pun mengiyakan ajakan saya. Ah semesta memang sedang bersahabat, akhir pekan ini saya akan bertemu dengan banyak kerabat. Reuni mini di sabtu pagi, ucap saya dalam hati.

Akhirnya hari yang dinanti pun tiba. Sekitar pukul 10.00 WIB kurang kami meluncur dari rumah. Seperti layaknya kondisi di akhir pekan, jalanan Jogja macet dipadati wisatawan. Masuk ke dalam kota jalanan semakin padat hingga memaksa saya dan suami mengambil jalan tikus. Sebenarnya inilah salah satu alasan saya malas bepergian ke pusat kota di akhir pekan, macet dimana-mana. Kalau mau ke Malioboro dan sekitarnya lebih enak di hari-hari biasa yang tidak terlalu padat.

Ini adalah pertama kalinya saya ke Malioboro sejak peraturan baru dilarang parkir di bahu jalan berlaku. Jadi pengunjung yang hendak ke Kawasan Malioboro tidak lagi diperbolehkan memarkir motornya di depan toko atau mall yang dia tuju. Kawasan Malioboro sebenuhnya menjadi pedestrian, parkir kendaraan harus di taman parkir Abu Bakar Ali. Berhubung tujuan saja ada Benteng Vredeburg yang ada di ujung selatan Malioboro, maka saya memilih untuk parkir di sebelah Taman Pintar atau Shopping Center saja. Dari tempat itu kami hanya perlu jalan kaki sebentar melewati Titik Nol lantas belok ke Vredeburg.

museum-benteng-vredeburg-titik-nol
Kawasan Titik Nol Dilihat dari Taman Dekat Monumen Serangan Umum 1 Maret

Pagi itu suasana Titik Nol benar-benar riuh. Jalanan dipenuhi bus pariwisata berukuran besar dan sepeda motor yang saling bersahutan membunyikan klakson tiada henti karena tidak sabar dengan kemacetan yang terjadi. Trotoar pun dipenuhi orang yang lalu lalang dan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya. Di beberapa sudut terlihat badut dengan aneka kostum lucu sedang berpose bersama wisatawan.

Memasuki kawasan Benteng Vredeburg suasana terlihat semakin ramai. Ada banyak anak kecil berdandan dan mengenakan kostum drumband. Bahkan beberapa di antara mereka terlihat membopong snare drum. Setelah saya bertanya sana-sini rupanya pada hari itu akan dilangsungkan lomba drumband antar TK. Pantesan suasananya kok rame seperti pasar malam. Jeritan boca-bocah beradu dengan teriakan ibunya dan juga tabuhan cymbal dan snare.

Setelah membayar bea masuk (betewe tiket masuknya Vredeburg bagus, bisa dijadikan pembatas buku nih), saya dan Mas Chan serta bRe yang tidur di gendongan pun melangkah masuk. Replika Tugu Jogja berdiri di tengah halaman Vredeburg. Seingat saya, saat terakhir berkunjung ke tempat ini beberapa tahun silam replika itu belum ada deh. Sebenarnya saya ingin berswafoto, namun suasana yang sangat crowded mematahkah niat untuk narsis.

Sembari menunggu Sigit, kami pun mengunjungi pameran tentang Borobudur dan masuk ke dalam ruang diorama. Just FYI, semenjak 23 November 1992, kompleks bangunan Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai museum. Karena itulah kini namanya bukan hanya Benteng Vredeburg namun menjadi Museum Benteng Vredeburg. Sebagai museum, koleksi yang ada sangat menarik untuk diamati. Koleksi utama tempat ini adalah diorama perjuangan bangsa Indonesia dari masa penjajahan hingga masa orde baru. Diorama tersebut terdiri dari 4 bagian yang diletakkan dalam 2 gedung yang berbeda. Setiap diorama mewakili waktu atau periode yang dikisahkan.

museum-benteng-vredeburg-4
bRe Asyik Menikmati Koleksi Museum
museum-benteng-vredeburg-3
Emaknya Asyik Ngobrol, Si Bocah Asyik Baca Buku Sama Bapaknya

Awalnya saya kira bRe tidak akan suka. Namun dugaan saya salah. Bayi 16 bulan itu rupanya sangat tertarik melihat aneka diorama yang ada di dalam museum. Bahkan saat melihat diorama pejuang yang mengangkat tangan dia turut mengangkat kedua tangannya. Dia juga selalu menunjuk hal-hal yang menurutnya menarik sembari mulutnya tak berhenti bergumam. Apalagi saat melihat diorama yang ada pesawat, mobil, dan truk, dia sempat dadah-dadah. Aha, anak pintar!

Selain koleksi 55 diorama, di dalam museum juga ada koleksi patung, lukisan, dan benda-benda bersejarah lain. Penataannya yang runtut membuat kita mudah mengikuti kisahnya. Hanya saya di beberapa spot ada diorama yang lampu sorotnya mati sehingga tidak bisa terlihat jelas. Selain melihat aneka koleksi, kita juga bisa melakukan permainan interaktif melalui layar sentuh. Saat itu ada 2 permainan yakni menebak gambar dan juga menembaki tentara Belanda yang lewat di jalan raya. Di permainan yang pertama bRe kurang antusias. Namun di permainan yang kedua dia ikutan teriak-teriak saat tahu emak bapaknya heboh nembakin Belanda yang nggak habis-habis. Sempat dilihatin orang-orang yang lewat juga sih saking hebohnya, ahahaha.

Puas muter-muter museum, kami pun duduk di selasar belakang yang luas dan nyaman. Saya, Sigit, dan Inez asyik ngobrol ngalor ngidul, sedangkan bRe lari kesana kemari dengan gembira. Hari ini gantian Mas Chan yang jadi penjaganya bRe hehe. Tak berapa lama Mbak Nana datang dan turut bergabung. Dan komentar pertama dia saat ketemu bRe adalah “kok anakmu Cino banget Sha?” ahahahaha. Yupz, kau adalah orang ke 1762 yang bilang begitu. Nggak tau juga sih tu bocah kulitnya bisa bersih banget nurun siapa. Padahal emak bapaknya buluk gini ahahaha.

Aslinya saya masih pengen muter-muter Vredeburg sampai jauh ke dalam, tapi berhubung bawa anak bayik agenda diubah. Kami memilih untuk pindah ke area terbuka di depan Vredeburg, tepatnya di sebelah Monumen Serangan Umum 1 Maret. Di tempat itu ada hamparan rumput yang cukup luas dan asyik dijadikan tempat gegulingan bRe. Keberadaan pohon trembesi yang sangat besar menjadi peneduh dari sengatan matahari siang. Di tempat ini waktu berjalan tanpa terasa. Tiba-tiba saja sudah jam 2 lebih sehingga kami memutuskan untuk menyudahi kencan di akhir pekan ini dan berjanji untuk bertemu lagi secepat mungkin.

museum-benteng-vredeburg-2
With my bestie, Mbak Nana
museum-benteng-vredeburg-1
Halaman Depan Benteng Vredeburg, Asyik Buat Piknik dan Poto-poto

Ternyata travelling itu tidak harus jauh. Cukup di dalam kota dengan modal 2.000 rupiah saya sudah bisa mendapatkan kesenangan bertemu dengan kawan lama sekaligus refresh pikiran. Udah gitu bocah bahagia pulak. Bapaknya apalagi, gak perlu bayarin tiket piknik yang mahal ahahahaha. Jadi akhir pekan mau piknik kemana lagi nih? Sepertinya Museum Dirgantara Mandala asyik untuk dikunjungi. Ada yang mau gabung piknik bareng saya?

Traveller’s Notes

  • Lokasi Museum Benteng Vredeburg ada di Jalan Ahmad Yani 6, Yogyakarta. Tepatnya di depan Gedung Agung. Dari Malioboro kamu cukup jalan kaki terus ke arah selatan, Vredeburg ada di kiri jalan.
  • Tiket masuk Vredeburg Rp 2.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Kalau kemarin sih bRe gratis, wong masih bayi.
  • Museum Benteng Vredeburg buka setiap hari Selasa – Minggu (Senin libur) pukul 08.00 – 16.00 WIB.
  • Kalau waktumu luang jangan lewatkan kesempatan untuk bersantai di hamparan rerumputan yang ada di bawah pohon trembesi tak jauh dari Monumen Serangan Umum 1 Maret. Tempatnya yang bersih asyik buat gegulingan #eh. Enaknya tempat ini dibatasi pagar jadi kamu tidak akan terganggu dengan rayuan pedagang atau para pengamen jalanan.
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

12 Comments

  1. waah museumnya seru sepertinya… kalo ke jogja aku harus dtgin sepertinya mbak… sekalian ajak si kecil utk mulai suka ama museum :).. soalnya emaknya ini suka bgt dtg ke museum apalagi kalo museum yg sejarahnya rada seram :D.. kalo di jkr kyk museum lubang buaya, museum jend nasution, ahmad yani… yg gitu2 aku suka bgt tuh.. sejarahnya lebih berasa :). tapi kalo museum lain yg mungkin ga seseram itu, ttp suka sih, asal ga ngebosenin aja. dibikin lebih interaktif gitu 😉

    • Ini tempatnya seru mbak. Jogja kaya banget museum, kalau piknik kesini keliling seharian nggak bakalan cukup buta mengunjungi semua museum yang ada. Mungkin kalau suka yang bau-bau sejarah bisa ke Museum Dirgantara Mandala, Museum Sandi Negara, Museum Gunung Merapi, Museum Sisa Hartaku, Ullen Sentalu, dan banyak lagi hihihihi.

  2. wah jalan sama keluarga ke sini seru juga ya mbak, wah semoga deh kapan” bisa dimari bareng keluarga gak kerjaan terusss kalo kemari hehehe…. jogja selalu cakep hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *