Banyuwangi, Kilau Mutiara di Ujung Timur Jawa

Bunyi gamelan, biola, kendang, dan beberapa alat musik tradisional mengalun di tengah dinginnya udara Bromo. Sesekali terdengar bersahut-sahutan dengan angin yang menderu, melagukan simfoni alam yang menenangkan dan membuai jiwa. Seorang sinden dalam balutan kemben hijau dan selendang dengan warna senada lantas menembangkan larik-larik lagu, kemudian maju ke depan para penggamel dan ngibing.

IMG_6645
Blambangan Art School Banyuwangi di Panggung Jazz Gunung Bromo

Tampil sebagai pembuka Jazz Gunung 2013 hari pertama, Komunitas Blambangan Art School Banyuwangi menyedot cukup banyak perhatian pengunjung. Minggu berikutnya, saya kembali terpesona dengan penampilan Komunitas Puspa Blambangan di Yogyakarta Gamelan Festival. Lagi-lagi, sekelompok bocah SD itu berhasil memikat penonton dengan pertunjukan musik etnik yang dikolaborasikan dengan tarian serta dialog dalam bahasa Banyuwangi.

Bumi Blambangan, Banyuwangi, adalah tempat kelahiran komunitas-komunitas seni tersebut. Latar belakang Kerajaan Majapahit membuat nadi budaya di Banyuwangi memiliki corak yang unik. Sepintas hampir mirip dengan corak budaya Bali, termasuk dalam kegiatan bermusik yang menggunakan gamelan Bali serta alat musik bambu.

Terletak di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi tidak hanya memiliki kekayaan seni budaya yang unik dan menarik untuk disaksikan, melainkan juga lanskap alam yang dahsyat mulai dari pantai nan eksotik dengan ombak tingat dunia, deretan taman nasional, gunung dengan api biru, hutan laksana di Afrika, hingga hamparan perkebunan yang hijau. Mengusung branding The sunrise of Java, kabupaten terluas di Jawa Timur ini juga menjadi kabupaten dengan agenda kegiatan terbanyak di Pulau Jawa.

The sunrise of Java yang diusung sebagai slogan wisata Banyuwangi bukanlah sebatas omong kosong belaka. Tatkala sebagian besar masyarakat di Pulau Jawa masih terbuai dalam lelap, pendar mentari pagi telah muncul di Bumi Blambangan ini dan menjadi saksi dimulainya geliat kehidupan pagi. Lokasinya yang terletak di ujung timur Pulau Jawa dan bersebelahan dengan Pulau Dewata menjadikan Banyuwangi sebagai kabupaten yang pertama diguyur mentari pagi dan tepat untuk menyaksikan sunrise pertama di Pulau Jawa.

Selain dijuluki sebagai The sunrise of Java, Banyuwangi juga wajib berbangga karena memiliki Triangle of Diamond, yakni Kawah Ijen, Pantai Plengkung, dan Pantai Sukamade yang membentuk segitiga wisata. Mari sejenak kita kupas satu-persatu soal Triangle of Diamond ini.

Kawah Ijen
Terletak pada ketinggian 2368 m dpl, Kawah Ijen yang berada di puncak Gunung Ijen ini merupakan salah satu destinasi wisata kelas dunia. Bukan hanya wisatawan lokal yang tertarik mengunjungi danau kawah bersifat asam yang berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen ini, wisatawan mancanegara pun sering terlihat berbondong-bondong mendaki Gunung Ijen untuk sampai di bibir Kawah Ijen.

kawah-ijen
Api Biru Kawah Ijen (sumber: nationalgeographic.co.id)

Selain panoramanya yang indah, pesona lain yang ditawarkan oleh Kawah Ijen adalah api biru (blue fire) yang hanya terlihat di malam hari. Api biru ini berasal dari celah-celah belerang yang diambil oleh para penambang. Di tengah malam yang gulita dan hanya bertabur bintang malam, api biru menjadi pemandangan yang sungguh indah. Karena itu tak heran jika para wisatawan bersedia mendaki ditengah dinginnya udara malam Ijen.

Pantai Plengkung
Bagi para pecinta surfing, pantai Plengkung pasti bukanlah nama yang asing. Terletak di dalam Taman Nasional Alas Purwo yang konon merupakan persinggahan akhir rakyat di era kerajaan Majapahit, Pantai Plengkung memiliki ombak yang diincar oleh peselancar kelas dunia. Ombak setinggi 4-6 meter yang konon merupakan ombak terbaik versi para peselancar ini dimiliki oleh Pantai Plengkung yang juga dikenal dengan nama G-land.

plengkung
Ombak G-Land (sumber: jurnal.co.id)

Para peselancar kerap menyebut ombak yang berdebur di Pantai Plengkung sebagai ombak “twenty-twenty” yang artinya mereka akan berenang ke tengah laut selama 20 menit, lantas menghabiskan 20 menit sesudahnya untuk menari di atas ombak. Konon, ombak Pantai plengkung ini setara dengan ombak di Pantai Oahu, Hawai dan juga ombak di Fiji serta Tahiti. Tak heran jika pada tahun 1995 – 1997 event Quicksilver Pro yang mengumpulkan para peselancar profesional dunia dilangsungkan di pantai ini.

Pantai Sukamade
Jika Pantai Plengkung terletak di Taman Nasional Alas purwo, maka Pantai Sukamade terletak di Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan habitat bertelur penyu hijau sehingga dijadikan kawasan konservasi fauna yang termasuk satwa dilindungi tersebut. Dengan hamparan pasir yang sangat luas serta telah dilengkapi berbagai fasilitas seperti pondok wisata, camping ground, pendopo pertemuan, pusat informasi, dan laboratorium serta pondok kerja menjadikan pantai ini sebagai kawasan ekowisata yang cukup menarik. Tak jauh dari Pantai Sukamade terdapat hutan mangrove yang bisa dijadikan lokasi strategis untuk melakukan bird watching.

Selain Pantai Sukamade, di Kawasan Taman Nasional Meru Betiri ini terdapat obyek wisata lain yang layak untuk dikunjungi yakni, Teluk Hijau, Pantai Bandealit dan perkebunan, Teluk Meru, Gunung Sodung, Rajegwesi, dan masih banyak lagi. Kesemuanya itu sangat sayang untuk dilewatkan.

Banyuwangi memang merupakan salah satu mutiara pariwisata di ujung timur Jawa yang mulai memancarkan kilaunya. Jujur saya belum pernah mengunjungi Banyuwangi. Kapubaten ini sudah masuk dalam bucket list untuk dikunjungi sejak tahun 2011 lalu, namun hingga kini belum kesampaian. Obsesi saya adalah mengeskplore Banyuwangi secara total, baik dari tradisinya, suku Osing, hingga alamnya, lantas mempublikasikan temuan saya dalam bentuk e-book. Karena itu saya sedang mengumpulkan amunisi supaya bisa mengeksplore kabupaten ini antara10 hingga 15 hari. Ayok bantu mengamini obsesi dan mimpi saya. Amiiiiiiiin hehehehe.

Daftar bacaan:
Majalah NGTraveller edisi 240 Jam menguak Pelangi Pesisir Selatan Jawa
Majalah Travelounge edisi April 2013

P.S. catatan tentang Banyuwangi ini selain sebagai pengingat wajib diselesaikannya naskah #Btrip juga saya ikut sertakan dalam kompetisi menulis tentang wisata Banyuwangi yang diadakan oleh onbanyuwangi.com

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 248

7 Comments

  1. belum pernah ke sini tapi langsung ciut melihat alat musiknya -_-

    Waduh, berarti Kak Hani gak bisa lihat Jazz Gunung dong. Padahal cihuy abis lho, ini asyik kok kak. Bukan bebunyian yang terlalu riuh. Etapi Kakak emang gak bisa denger yang musik gituan ding ya 🙁

  2. Dari pertama baca blog ini td sore, lgs “jatuh cinta” bahkan smp malam ini pun msh trs baca…niat ati dr td pengen kasih komen sm kenalan, tp ragu2…ehh, trs baca artikel ttg banyuwangi ini…niat ati pun dibulatken…salam kenal yaa…sy asli jogja, cm skrng tinggal di banyuwangi…monggo kalau mau ke banyuwangi mampir di rumah sy, nginap jg boleh…
    Cerita dikit ttg kawah ijen, sy sm keluarga januari th lalu kesana, bahkan anakku yg kecil (5th)pun bs smp puncak…meski hrs pelan2…tmpnya mmg indah bgt, cm sayang pas kesana siang hari jd Ǧ̩̥ª’ bs liat blue fire…ada juga pantai Pulau Merah, satu arah dgn Sukamade dan teluk hijau…
    Dan benar mmg kalo Banyuwangi itu mutiara dr timur…
    Sekali lg salam kenal dr org jogja yg merantau di ujung timur pulau jawa…Gbu

    • Salam kenal, Mbak Christina. Duh saya jadi besar kepala karena ada yg jatuh cinta dengan tulisan ini hehe.

      Wah tawaran menginap di Banyuwangi? Mau mau mau. Saya memang sudah lama pengen kesana tapi belum kesampaian-kesampaian 🙂

      Kalau anak 5 tahun saja bisa sampai puncak, berarti saya juga pasti bisa dong ya hehe. Betewe salma buat si kecil ya mbak. Gbu too 🙂

      • Sy bener2 suka sm semua tulisan di blog ini,…terkesan dgn tulisan ttg seorg sahabat yg meski sdh berpulang pd Sang pemberi hidup tetap bs menginspirasi org2 yg ditinggalkannya…ttg surat2 cinta bapak yg meski sdh berpuluh2 tahun msh tersimpan rapi…dan utamanya ttg Pacarilan pendaki gunung ndukk…sy sempet mesam-mesem baca tulisan itu…krn bpknya anak2 jg dulunya seorg pendaki gunung, dan itu yg membuat sy dl “tergila2″…hehehe…dgn celana sobek2nya, dgn gaya macho-nya (dudu MANtan COpet lho yaa…), jg cuek bebeknya…tp setlh kenal ternyata kdg berhati telenovela, begitu penyayang, peduli…setia pasti…pokoke joss gandhos lahh…

        Finally…terimaksih utk mau berbagi kisah2 disetiap perjalanan (krn sakjane itu jg impian sy…smg suatu hari nnti bs terwujud…), ini no.hp saya 082232813541, jgn segan2 hub kalo mau berkunjung ke Banyuwangi “The Sunrise of Java”…salam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *