Rumpi Bareng Ibuk Soal Jalan-jalan dan Berobat ke Penang

Dalam ibadah minggu pagi yang syahdu, saya terkejut saat Pendeta mendoakan salah satu diaken gereja yang hendak menjalani operasi pemasangan ring di jantung. Seingat saya Om Timotius adalah sosok yang sehat. Sepulang ibadah kontan saya mencari informasi dari ibu.

“Opo aku durung cerita?” kata ibu sembari melipat tumpukan baju yang baru saja diangkat dari jemuran.

“Nek sampun cerita lak nggih kula mboten taken,” jawab saya. Lantas ibu pun mulai bercerita panjang lebar soal kejadian yang menimpa Om Timotius atau yang juga biasa kami panggil Om Agiong.

Sebagai seorang pemilik toko bahan kue dan toko plastik yang cukup besar di Wonosobo, setiap sore pekerjaannya adalah menghitung uang hasil penjualan. Pada suatu sore yang sangat ramai, seperti biasa beliau menghitung pemasukan. Mendadak beliau pingsan. Orang-orang mengira Om Agiong terlalu lelah, sebab di hari-hari jelang lebaran tokonya ramai bukan main.

“Meh mangan wae angel” begitu kata paman saya yang bekerja di toko tersebut untuk menggambarkan betapa ramai suasananya.

Berawal dari kejadian tersebut, Om Agiong pun melakukan check up di Semarang dan diketahui bahwa ada masalah pada jantungnya. Supaya jantungnya bisa berfungsi normal kembali, harus dilakukan pemasangan ring. Beliau pun memutuskan untuk melakukan operasi tersebut secepatnya.

“Operasi neng luar negeri nduk, Pinang jarene” pungkas ibu saya

“Oh, Penang Malaysia” jelas saya.

Lantas obrolan kami pun berlanjut. Serupa kanak yang penasaran dengan hal baru, ibu saya banyak bertanya mengenai seluk-beluk pengobatan di rumah sakit luar negeri, khususnya soal berobat ke Penang.

Sebisa mungkin saya pun jawab satu persatu pertanyaan ibu saya berdasarkan data-data yang pernah saya baca di Medisata, sebuah situs kesehatan yang menjadi rujukan bagi orang-orang yang hendak berobat ke luar negeri.

Alasan Berobat ke Penang

Ada banyak alasan orang berobat ke luar negeri khususnya Malaysia. Selama ini Malaysia memang dikenal dengan banyaknya dokter ahli mulai dari dokter syaraf, tulang, kandungan, termasuk dokter jantung. Dokter-dokternya banyak yang lulusan luar negeri seperti Amerika, UK, atau Australia di mana ilmunya jelas lebih maju. Dokter yang praktik di rumah sakit Malaysia kebanyakan adalah mereka yang punya pengalaman kerja 15 tahun lebih dan punya subspesialis tertentu.

Peralatan medisnya dan kualitasnya pun sudah canggih, hampir setara dengan Singapura. Mereka juga bisa melakukan operasi hanya dengan sedikit luka (minimal invasive) sehingga pasien tidak trauma dan masa pemulihan lebih cepat.

Meski begitu, biayanya cukup terjangkau dan kompetitif. Biaya berobat di rumah sakit top Indonesia ataupun Malaysia hampir sama, bahkan terkadang lebih murah. Enaknya lagi, dokternya banyak yang paham bahasa Indonesia karena memang rumpun bahasanya sama, Melayu. Bagi pasien Indonesia yang tidak jago berbahasa inggris, hal ini tentu saja sangat memudahkan mereka.

Ibuk pun manggut-manggut mendengar penjelasan saya. Lebih lanjut beliau bertanya soal pendaftaran pasien di rumah sakit luar negeri dan bagaimana cara kita tahu dokter-dokternya.

Pertanyaan ini sangat wajar diajukan ibuk. Mengingat beliau kerap bolak-balik rumah sakit baik untuk periksa sendiri maupun mengantarkan saudara. Biasanya sebelum berangkat ibuk sudah mendaftar via telepon dulu, dan tau siapa dokter yang hendak dituju karena sudah hafal.

“Ya sama aja dengan di Indonesia, Buk. Kan sekarang kita bisa cari data dengan mudah di internet. Gampangnya Ibuk bisa buka medisata.com disitu nanti ada daftar rumah sakit yang bisa dituju. Kalau belum tahu mau ke rumah sakit apa bisa konsultasi sama pihak Medisata, nanti bakalan dibantu cariin dokter, pendaftaran rumah sakit, sampai minta tolong cek perkiraan biaya. Jadi nggak usah bingung-bingung.”

 “Welha kok penak banget ya?” jawab ibuk sambil terkagum-kagum.

“Nggak cuma itu buk, Medisata juga bisa mengatur penjemputan di bandara sampai bookingin hotel juga. Pasien dan keluarganya nggak perlu repot ngurus ini-itu. Mereka bisa fokus ke pengobatan saja” tambah saya.

Ibuk makin terheran-heran. Saya tertawa. Semenjak ada internet emang banyak hal yang menjadi dimudahkan. Mencari informasi apa pun semakin gampang. Termasuk informasi soal berobat ke luar negeri.

“Woalah ngono to, pantesan wae Om Agiong wani mung lunga ro Mbak Ida tok”

Jadi sebelumnya ibu sempat berpikir kasihan sekali Tante Ida (istri Om Agiong) harus mengurus suaminya yang sedang sakit seorang diri di negara orang. Tapi setelah mendengar penjelasan saya ibu pun jadi lebih paham. Bahwa dengan adanya perwakilan resmi dari rumah sakit di luar negeri yang siap membantu pasien, keluarga akan menjadi dimudahkan.

Di ujung perbincangan, saya sempat berucap pengen suatu saat kalau punya berkat ngajakin ibuk Penang. Sekarang gantian ibu yang tertawa. Beliau pikir saya hanya menggodanya. Padahal saya serius lho. Kalau Tuhan mengijinkan, saya juga pengen ngajak ibu berkunjung ke Penang buat liburan sambil medical check up.

Lagi-lagi soal medical check up bisa saya konsultasikan dengan Medisata terlebih dulu. Mau pilih paket check up seperti apa, nanti bisa disesuaikan dengan usia dan juga keluhan. Seberes medical chek up bisa lanjut jalan-jalan.

Kek-Lok-Si-Temple-ransel-hitam

Pic by Aqied

Soalnya kemarin mupeng juga lihat postingan Aqied jalan sorang-sorang ke Penang. Seru euy. Saya pengen jalan-jalan di George Town sama ke Kek Lok Si Temple. Dan yang paling penting cobain kulinernya yang konon enak-enak.

“Doakan kula diberkati to buk, biar bisa ngajak jalan-jalan ke Penang”

“Kalau mendoakanmu si terus-terusan nduk. Saiki sek penting berdoa nggo Om Agiong ben cepet sehat” pungkas ibu dengan bijak. Amiiiiiin.

Jogja April 2019
Obrolan dengan ibuk terjadi di pertengahan 2018
Sekarang kondisi Om Agiong sudah baik dan sudah beraktivitas seperti biasa

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

27 Comments

  1. mbaaaak, baca nya kok perasaanku merasa hangat sekaligus trenyuh yaaa, lalu diam diam turut mengaminkan.
    iya kemarin di pesawat balik ke Indonesia, mayoritas penumpang adalah pasien yang usai berobat dan para pendampingnya.

  2. Aku malah terkesan sama percakapan Ibuk & Mbak, masih nyelipin bahasa jawa krama, yang kadang saking akrab dan deketnya kita dengan ortu sendiri, terabaikan. Tapi mbk tetep bisa pertahankan. Salutttt!

  3. Syukurlahhh Om Agiong sudah sehat kembali. Kalo mau berobat ke luar negeri memang harus punya info selengkap-lengkapnya dulu ya supaya lancar dari berangkat hingga kembali lagi. Btw aamiin mbaaa bisa ajak Ibu ke Penang 🙂

  4. terima kasih untuk informasinya ya Mba, untuk jalan-jalanpun Penang memang selalu ngangenin. saat saya penelitian di perbatasan Malaysia, banyak melihat ornag Indonesia yang berobat ke Penang, mudah2an orang yang berobat ke sana diberikan kesembuhan ya

  5. Wahhh aku pengen banget nih setelah baca tulisanmu mbak, pengen nyicipin kulienrnya penang dehh, kalau berobat semoga tidakk, jalan-jalan ajaa huaaa single travelling before 30

  6. pernah baca salah satu cerita kak Trinity di Naked Traveller (lupa yang seri berapa), dulu ibunya kak Trinity juga berobat di Penang. Katanya emang bagus banget gitu mb perawatannya. Beda sama di sini

  7. di penang emang pengobatannya murah mba, dan pelayanannya itu lhooo hadeeeh beda jauh sama disini. dokter-dokternya empatik banget. kalo disini sakit apa aja pasti dikasi obatnya itu-itu aja, nggak lupa dengan senyum asem para perawat yang udah pada kecapean. sebel jadinya kadang-kadang.

  8. Wah percakapannya ngalir banget . Seneng ya punya ibu yang masih ingin belajar, apalagi dari putrinya sendiri. Amin ya mbak, bisa ke Penang. Untuk tujuan holiday tentunya ?

  9. Jadi teringat ceritanya Jedar tentang pengobatan bapaknya yang dipontang-panting di RS Indonesi* dan habis biaya buanyaak berbulan-bulan tapi sekalinya ke Malaysia cuma beberapa hari aja langsung ditangani, diajak diskusi dokter, kemudian mendingan dan pulih. *sobat gosip*

    Tapi darisitu jadi sadar, kok banyak yang berobat ke luar. Beruntungnya bagi yang punya “akses” ya mbak.

  10. Aku baru tau juga nih ternyata kalau Penang juga jd tempat buat rujukan berobat ke luar negeri. Soalnya kan selama ini yg terkenal pasti ke Singapura yg deket

  11. Sehat terus buat ibu, mbak. Biar kalian ke Penang buat murni jalan-jalan 🙂

    Pas ke Penang tahun 2014, aku malah nggak tau kalo Penang itu jadi jujugan orang-orang Indonesia berobat. Saat itu di pesawat, aku duduk di samping seorang pemuda yang mau ke Penang mengantar bapaknya berobat. Dia juga kira aku ke sana buat berobat hehe. Aku dukung kamu ke Penang, mbak! Penang itu bikin senang. Bisa wisata arsitektur, sejarah, kuliner, budaya, bahkan wisata alam. Ke mana-mana bisa naik bus atau naik Grab, muraaahhh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *