Sekelumit Kisah Tentang Buku “Stop Stressing, Start Living”

Menulis buku dengan nama saya tercetak di sampul depan. Sendirian, bukan keroyokan. Diterbitkan oleh penerbit mayor, bukan jalur indie. Lengkap dengan ISBN.

Sudah belasan tahun impian yang sangat detil itu tertancap di benak. Tepatnya sejak saya mulai bergabung dengan kawan-kawan di padepokan bernama LPM EKSPRESI. Tapi saat itu saya masih mengawang, belum punya gambaran buku tentang apa yang ingin saya tulis.

Lantas hidup membawa saya mendekat dengan dunia penulisan catatan perjalanan. Pekerjaan penuh waktu saja untuk pertama kali hingga terakhir kalinya juga tak jauh beda dengan hal tersebut. Berjalan, kemudian menuliskannya. Saya pun jadi membaca banyak buku-buku tentang perjalanan sebagai sarana belajar. Semua jenis buku perjalanan saya baca. Mulai dari buku yang hanya berisi kumpulan deskripsi singkat, budget yang diperlukan, serta tips dan trik untuk berwisata ke satu tempat, hingga buku-buku perjalanan yang kaya akan hasil riset. Buku-buku yang penuh dengan permenungan hingga saya serasa membaca buku filsafat dibandingkan catatan perjalanan.

Bermula dari situ, akhirnya saya tahu muara mana yang akan dituju. Saya ingin menulis buku perjalanan saya sendiri. Mimpi itu saya pancang dalam hati, saya ikat erat-erat supaya tidak terbang melayang dan hilang. Tapi bertahun-tahun mimpi hanya sebatas mimpi. Tekad saya kurang kuat untuk menyelesaikan draft yang sudah mengendap. Pada akhirnya draft terkubur dalam-dalam di pojok gudang, semakin jauh, luruh.

Tapi semesta selalu bekerja dengan caranya sendiri. Bukan tanpa kebetulan jika pada awal 2017 saya mulai membuka diri untuk kembali berkawan dengan orang-orang baru. Saya yang sudah beberapa tahun memilih diam di balik dinding rumah, akhirnya berani untuk menyapa orang-orang asing dan mencoba berbaur dengan mereka. Dan salah satu orang yang baru saya kenal tahun lalu adalah Mbak Ayun.

Tak ada yang istimewa dengan pertemuan kami. Semua berjalan biasa saja. Satu-satunya yang menurut saya istimewa adalah fakta bahwa 3 kali nama kami bersanding tiap ada pengumuman hasil lomba menulis. Dari situ akhirnya saya mengikuti cuitannya di Twitter, membaca blognya, berteman di Facebook, dan bertukar hati merah di Instagram.

Pada awal Desember tahun 2017, mendadak Mbak Ayun mengirimkan pesan pada saya. Menawari saya untuk menulis naskah buku. Pesan yang begitu tiba-tiba dan tepat sasaran, tanpa basa-basi. Saya girang tentu saja. Namun terselip juga gamang. Mendadak rasa minder muncul. Bisakah saya menulis naskah 1 buku utuh?

Tapi saya teringat ucapan kawan saya, Mas Gugun. Bertahun-tahun lalu, dia pernah berujar bahwa “urip ki tan kiniro”, hidup itu tidak pernah terduga. Yang harus kita lakukan adalah berlatih sebaik-baiknya, mempersiapkan diri sebaik-baiknya, kelak saat kemampuan bertemu dengan kesempatan, akan banyak muncul hal-hal baik. Mungkin inilah yang dimaksud dengan kesempatan tersebut. Saya pun gegas mengiyakan penawaran Mbak Ayun, sebelum nona editor ini menarik penawarannya.

Setelah melalui proses penulisan yang sedikit tertatih dan terselip drama, akhirnya saya bisa menyelesaikan naskah ini pada bulan Maret. Tepat 3 bulan sejak tanggal Mbak Ayun mengirimkan pesan pertama dan tentu saja lewat jauh dari tenggat, ahahaha. Tak mengapa, yang penting bisa selesai. Kemudian kemarin, Kamis 5 April 2018, Mbak Ayun mengabarkan bahwa buku saya sudah keluar dari percetakan. Aaaaaak, saya norak senorak-noraknya.

Setahun lalu, pada bulan yang sama, hari-hari saya dipenuhi dengan ketakutan dan kekhawatiran. Duka dan hal-hal buruk terasa membayangi. Ya, bulan-bulan ini adalah saat-saat terberat bagi keluarga saya dimana Bapak sudah terbaring sakit dan tidak bisa melakukan apa-apa. Setiap mendapatkan telepon dari rumah saya merasa begitu takut, jika yang saya terima adalah kabar buruk. Dan pada akhirnya Tuhan memang memanggil pulang Bapak di bulan Mei.

(Baca: Pak, Saya Tak Baik-baik Saja)

Namun tidak berhenti sampai disitu. Badai datang beruntun tanpa henti dan membuat saya nyaris tersungkur, menyerah. Untung Gusti maha baik. Dengan caranya yang luar biasa Dia bolak-balikan hati dan juga keadaan. Yang tadinya menakutkan kini justru berubah menjadi kekuatan.

(Baca: 2017 Dalam Catatan, Mengakar Semakin Dalam)

Dan pada akhirnya, nyaris setahun setelah badai demi badai berlalu, ternyata saya bisa berada di titik ini. Bahkan pada akhirnya menuliskan buku tentang hal-hal kecil yang menciptakan kebahagiaan besar. Stop Stressing, Start Living.

Buku ini bukanlah tentang kisah hidup saya saat mengalami masa-masa sulit. Tapi lebih tentang bagaimana saya mencari kebahagiaan dari tiap kepedihan yang menghampiri. Beberapa kisah yang cukup personal memang ada di buku ini. Termasuk 2 atau 3 artikel yang sempat tayang diblog ini (tentunya dengan sedikit perubahan). Dan ternyata benar, menulis itu adalah terapi bagi jiwa. Menulis buku ini membuat satu persatu kepedihan saya terangkat dan jiwa saya lebih lapang. Menulis membuat saya bisa melihat diri jauh lebih dalam.

Tulisan ini memang jauh dari sempurna. Tapi ada hati saya di tiap tulisan. Meski begitu saya tidak berjanji bahwa selepas membaca buku sederhana ini kawan-kawan akan mendapatkan pencerahan. Bisa jadi kawan-kawan justru berkerut dan sekadar bilang “oh, gini aja”. Saya tidak akan bilang tulisan ini serupa dessert yang manis dan menyegarkan, atau hidangan utama yang membuat kenyang.

Kalau boleh menganalogikan, buku ini itu hanya kerupuk yang nyempil di antara banyak pilihan makanan enak. Dimakan tidak membuat kenyang, tidak dimakan juga tak apa. Tapi selayaknya kerupuk, walau cuma pendamping yang tidak mengenyangkan, setidaknya suaranya yang renyah akan membuat makan siang semakin meriah. Kerupuk yang saat tidak ada kerap dirindukan. Semoga buku ini bisa seperti kerupuk yang renyah dan bukannya melempem.

Saat saya menulis ini, saya bahkan belum memegang buku saya. Saya baru melihat tampilannya melalui foto yang dikirimkan Mbak Ayun. Meski begitu saya dengan percaya diri akan menawarkan buku ini kepada kawan-kawan semua. Jika ada kawan-kawan yang tertarik membacanya, kawan-kawan bisa membelinya melalui saya.

Saya akan membuka pre order buku “Stop Stressing, Strart Living” selama seminggu mulai dari hari ini, Jumat, 6 April 2018 hingga Jumat, 13 April 2018. Setelah lewat masa PO, kawan-kawan bisa membelinya di jaringan tokobuku Gramedia yang ada di kota-kota Anda. Harga buku ini adalah Rp 50.000. Namun selama masa PO akan ada diskon 20% sehingga kawan-kawan cukup membayar sebesar Rp 40.000.

Tata cara PO sangatlah mudah. Kawan-kawan cukup mengirimkan pesan melalui salah satu akun sosial media saya, baik Twitter @elisabethmurni, Instagram @elisabeth.murni, Facebook Elisabeth Murni, melalui kolom komentar postingan ini, atau mengirimkan pesan ke nomor 0896-7158-0915. Setelah pesan terbaca, nantinya saya akan memberikan informasi tentang jumlah total yang harus Anda transfer. Untuk pengiriman saya akan mengunakan berbagai layanan, mulai dari pos, JNE, atau Wahana. Tergantung Anda ingin memilih menggunakan jasa ekspedisi apa.

Pada akhirnya saya bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan serta semesta yang telah bersatu padu membuat salah satu mimpi saya terwujud. Seperti dandelion yang ada dalam cover. Dengan dirilisnya buku ini, itu berarti banyak harapan dan doa-doa saya yang terbang bersamanya. Semoga kisah-kisah sederhana ini bertemu dengan pembaca yang tepat dan mampu terbitkan selengkung senyum di wajah mereka. Sesederhana itu.

Jadi, apakah Anda berminat untuk PO? 😉

Jogja, 6 April 2018
Sun sayang dari kaki Merapi 

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

16 Comments

  1. Syukurlah klo sudah ada di Gramed, kemarin temenku pas tau aku upload itu, dia malah mau ke Gramed malam itu juga ???, lalu kubilang sabar tunggu dulu nanti kukabarin.

    Wkwkw entah mengapa aku seneng bgt ada org nulis ttg apa yg dia rasakan selama hidupnya, lebih kerasa secara nyata dan masuk ke hati

    Semoga Mba Sa sukses selalu ya :)) jangan lupa aku PO – Lidia

    • Di Gramednya mungkin baru akhir bulan, Lidia hehehe.
      Terimakasih buat supportnya yak, itu terasa sangat menyenangkan 🙂
      Syap, nanti kalo bukunya ready langsung aku sisihkan satu untukmu.

  2. Aaaaa lumayan untuk memotivasi diri sendiri. Terkadang memang perlu buku-buku seperti ini sebagai tolok ukur kehidupan diri sendiri. Nggak sabar nungguin bukunya. 😀

  3. Ikut berbahagia mbak Sha, semoga aura positif ini menggelora, merembet ke mana-mana, menginspirasi pembacanya :*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *