It’s Time to Cheese with Jogja Chusy Cheese

Nyaris sewindu yang lalu, di ruang rapat redaksi, seorang seniman Jogja yang diundang pihak kantor untuk menjadi partner brainstorming tentang desain website yang sedang kami buat bercerita perihal oleh-oleh. Kala itu beliau mendapat undangan residensi di Australia. Dan seperti orang Indonesia pada umumnya, kawan-kawannya selalu berpesan “jangan lupa oleh-olehnya, ya!”

Tentu saja seniman ini berpikir, membeli oleh-oleh sedemikian banyak pastilah memerlukan budget besar. Berhubung dia seorang desainer grafis, maka dia membuat desain kaos bertema Australia yang bagus, lalu dicetak banyak di Indonesia. Sepulang dari residensi, kaos tersebut dia bagikan pada teman-temannya.

Mereka seneng banget lah, dikiranya kaos dari Ostrali beneran. Padahal saya sablon sendiri” pungkasnya sambil terkekeh.

Beda cerita dengan bos saya. Saat berkunjung ke Belanda, dia dan istrinya memborong aneka porselin cantik. Begitu sampai rumah dan meneliti barang satu persatu mereka terkejut, ternyata keramik tersebut buatan Kasongan.

Saya yakin, pasti ada banyak di antara teman-teman yang pernah mengalami hal tersebut. Sudah jauh-jauh membawa buah tangan, eh ternyata barang tersebut buatan lokal. Sungguh terlalu.

Ngomong-omong soal oleh-oleh, saya termasuk orang yang paling malas membeli oleh-oleh saat berpergian jauh. Selain alasan memerlukan waktu banyak untuk mencarinya, budget juga menjadi alasan utama. Hiks, sini pejalan minimalis je, sangunya sedikit.

Jika pun harus membeli oleh-oleh, saya seringnya memilih makanan khas. Sesuatu yang tidak bisa dijumpai di kampung. Ya walau terkadang makanan khas ini juga gampang dijumpai di sentra toko oleh-oleh. Makanya kalau mau yang original ya makanan basah semisal kue.

Dunia perkuean (((PERKUEAN))) dan cake ini sekarang lagi marak banget ya. Apalagi kini banyak artis yang buka usaha kue di berbagai kota. Menurut saya ini bukan masalah sih, cuma yang kadang bikin sebel itu ada branding “Oleh-oleh khas Jogja (atau kota lain)”. Helloooo, kalian ujug-ujug datang ke kota asing, gak paham khazanah kulinernya, dan langsung pede bilang cake kalian makanan khas daerah tersebut? *tepokjidat.

Makanya saat minggu lalu saya dapat undangan untuk acara “morning tea with Ria Ricis” saya agak maju mundur. Duh, datang enggak ya? Jangan-jangan produk kuenya sama seperti yang lainnya. Tapi kata-kata “its time to cheese” menggoda saya yang seorang penggemar keju.

Akhirnya pada senin pagi yang gerimis, saya meluncur menuju Ekologi Coffe and co Working Space yang menjadi lokasi gathering kali ini. Awalnya saya pikir acaranya bakal intim, penuh dengan obrolan hangat, seperti layaknya waktu kumpul bersama keluarga sambil menyesap secangkir teh di pagi hari. Ternyata saya salah. Ekologi sudah begitu penuh dan riuh, serta tidak ada cangkir bunga-bunga berisi teh. Oke lupakan.

Antologi coffee

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya muncul juga yang ditunggu, Ria Ricis. Saya bukan fansnya, bukan followernya, bukan pula subscriber youtubenya. Tapi sekilas melihat gaya dan penampilannya, saya langsung mikir “oh wajar saja dia bisa jadi youtuber sukses n influencer”. Jadi ternyata, acara pagi itu adalah pengenalan produk kuliner terbaru milik Ria Ricis bernama Jogja Cushy Cheese.

Jogja Cushy Cheese, Manisnya Kebaikan

So, what is Chusy Cheese? Jadi Cushy Cheese adalah cake kekinian yang digadang-gadang bisa memperkaya khasanah kuliner Jogja serta menjadi alternatif oleh-oleh dari Kota Bakpia ini.

Berbeda dengan cake-cake lainnya yang isinya nyaris sama hanya dibolak-balik urutannya, Chusy Cheese memilih cheese cake sebagai base kuenya. Cheese cake ini memiliki berbagai varian rasa yang dinamai sesuai dengan karakter Ria Ricis. Misalnya Ohricis adalah varian cheese cake rasa original dengan toping icing sugar, Ria Miss U adalah varian cake dengan sentuhan tiramisu, Cakelat adalah varian dengan taburan coklat, Blueberia adalah varian bergaya New York cheese cake dengan selai bluebbery, Caramelnout memadukan cacahan kacang dan karamel, serta Cascheesecus varian yang full keju termasuk topingnya.

Seperti yang saya bilang di awal tadi, sebagai penggemar keju dan juga penggemar kue, saya tak sabar untuk segera mencicipinya. Varian pertama yang saya coba adalah Caramelnout. Sebagai orang yang hanya tau rasa enak dan enak banget, tentu saja saya bilang enak.

Saya suka tekstur cakenya yang soft, enggak berat di mulut. Manisnya pas, enggak bikin eneg. Karamelnya tidak terlalu terasa, namun cacahan kacang memberi sensasi cruncy. Lembut-lembut kriuk. Saya bayangin kalau kacangnya diganti kacang mete pasti lebih cihuy yak. Makin endeus pastinya.

Lantas yang kedua saya icip Cascheesecus yang full keju. Hmmmm, ini kejunya berasaaa banget. Secara ya topingnya juga keju parut. Gurih dan manis menyatu di mulut mencipta rasa yang kaya. Jadi pengen gigit lagi dan lagi. Ini buat teman ngeteh sore sambil baca buku pasti asyik. Saya pun akhirnya membawa satu kotak Cascheesecus tuk dibawa pulang.

Btw packagingnya Cusy cheese ini terbilang beda. Dia tidak memakai kotak berbahan artpaper tebal, namun memakai kotak coklat dari kertas daur ulang. Sepintas lihat mirip kotak sepatu ahahahaha. Tidak ada warna mencolok yang ramai selain beberapa petunjuk dan tulisan yang simpel. Hal ini disesuaikan dengan konsep Earth First alias ramah lingkungan yang mereka usung. Saya sendiri mengapresiasi hal tersebut.

Sedikit saran, ada baiknya kotak kemasan Cushy Cheese diperbaiki dari segi desain supaya lebih ergonomis. Misalnya diberi pegangan atau apalah, jadinya pembeli tidak memerlukan plastik tambahan untuk menenteng kue ini. Itung-itung mendukung gerakan kurangi sampah plastik.

Overall saya senang dengan kehadiran Chusy Cheese di Jogja. Jadi ada alternatif oleh-oleh kalau pulang kampung. Dan saya juga suka karena Ria Ricis tidak membranding produknya sebagai oleh-oleh khas Jogja.

Kalau ditanya apa saya bakal beli cake ini lagi? Uhmmm mungkin iya. Klau pas ada acara tertentu atau bawa buah tangan saat sahabat ulang tahun atau jenguk kawan yang sakit, Cushy Cake bisa dijadikan pilihan. Tapi kalau buat hari-hari biasa mending jajan roti bakar coklat keju yang lebih murah ahahahaha. Dasar simbok pelit.

Menurut kawan-kawan blogger sendiri, Cushy Cheese kelihatan enak enggak hayooo?

Cushy Cheese by Ria Ricis

Jl. Ipda Tut Harsono No 56  (timur RS Happy Land)

open daily 07.00 – 22.00 WIB

IG: @chusyjogja

price start from IDR 48.000

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 248

11 Comments

  1. Sama mbak, aku pun juga sebagai orang yang hanya tau rasa enak dan enak banget :p
    Eh iya, aku pun tak terlalu suka manis. Jadi Cascheesecus kayanya bisa lah jadi pilihan 🙂 setelah itu Caramelnout.

  2. Nah, kalo ga ada embel2 oleh2 khas daerah, aku mau tuh belinya :D. Bbrp kali iseng aja nyobain kue2 para artis ini, sekedar mau tau rasanya, tapi ternyata mengecewakan. Rasa biasa, mana hampir sama semuanya dari 1 kue ke kue yg punya artis lain. Beda merk doang. Dan males banget pas baca embel2 khas daerahnya itu. Enak bener ngaku2 :p.

    Kapan2 deh mba kalo ke jogja mau coba yg punya ria ini. Itu jg krn aku suka bgt keju sih 😀

    • Yang kue-kue para artis itu kalau istilah saya cuma “dibolak-balik” tumpukannya aja, mbak. Rasanya nggak wow juga. Ahahahaha, saya pun kalau kue artis udah ada embel-embel “khas” jadi males.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *