Medpresso Coffee Garden, Kedai Kopi di Kawasan Gejayan dengan Konsep Taman Terbuka

Beberapa minggu sebelum diajak Mbak Vika dan teman-teman Kompasiana Jogja untuk nongkrong di Medpresso Coffee Garden, saya sudah lebih dulu tahu soal kedai kopi baru ini dari instagram. Kala itu ada sebuah acara diskusi yang pembicaranya Mbak Windy Ariestanti dan Mas Irwan Bajang. Sayang waktu itu saya tak bisa ikut.

Dari foto-foto yang saya lihat, Medpresso Coffee Garden ini nampak sangat asri. Tempatnya dinaungi oleh pohon-pohon besar yang rimbun, tertanda bahwa tempat itu memang dulunya sebuah taman yang disulap menjadi sebuah café, bukan sebaliknya, café yang dihias serupa taman.

Sebelum datang ke Medpresso, saya sempat bertanya kepada Mbak Fina, sahabat lama saya yang bekerja di Penerbitan Media Pressindo, apakah kantor Medpress dan Medpresso Coffee Garden berada dalam lokasi yang berdekatan. Dia menjawab iya.

Wah kebetulan, sebelum ada acara dengan teman-teman Kompasiana Jogja saya bisa sekalian janjian dengan Mbak Fina nih. Maklum, meski sama-sama tinggal di Jogja kami sangat jarang bertemu. Bahkan kalau tidak salah pertemuan terakhir kami adalah saat temu alumni LPM Ekspresi tahun 2016.

Begitu Pak Gojek menurunkan saya di depan gerbang, saya pun langsung mengubungi Mbak Fina. Sambil menunggu kedatangannya, saya berjalan menuju deretan meja dan kursi yang tertata rapi di bawah dahan-dahan pohon.

medpresso coffee garden

Suasana taman yang sejuk dan asri lekat terasa di tempat ini. Tak salah memang jika dia mendapuk dirinya sebagai kafe taman. Sebelum disulap menjadi kedai kopi seperti ini, dulunya tempat ini adalah taman terbuka milik Kantor Media Pressindo. Daripada taman itu nganggur, maka disulaplah menjadi tempat tongkrongan yang asyik.

“Hai Sha!” sapa Mbak Fina yang tiba-tiba muncul dari arah belakang. Saya tersenyum lebar menyambutnya. Lama tak bersua rupanya tak mengubah apa pun dari kami (selain berat badan dan jumlah anak tentunya). Kami masih bisa bercerita dengan heboh seperti belasan tahun lalu saat masih duduk di bangku kuliah. Sesekali tawa membuncah teringat hal-hal bodoh yang pernah kami lalui bersama.

Sayangnya obrolan kami tidak bisa lama-lama. Mbak Fina harus kembali ke balik kubikel untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi saya tak perlu khawatir akan sendirian, sebab kawan-kawan saya yang lain sudah berdatangan dan kembali larut dalam cerita.

Medpresso ini memang asyik buat kongkow-kongkow. Di sini tersedia banyak meja dan kursi untuk duduk-duduk. Lokasinya pun tersebar di berbagai sudut. Jadi, kita bisa memilih spot mana yang dirasa paling cocok untuk nongkrong. Ada kursi dan meja tinggi berkaki besi, kursi rotan yang nyaman, meja kursi dari gelondongan kayu yang lebar, hingga kursi ayunan yang enak untuk bersantai.

Meski berupa taman terbuka, kalian yang kerap nongkrong sambil bekerja menggunakan laptop tak usah khawatir soal pasokan listrik. Tempat ini dilengkapi dengan stop kontak yang menempel di pohon. Jadi kalian yang mau bekerja atau menggarap skripsi bisa banget.

Tak hanya berupa taman terbuka yang rimbun, Medpresso juga memiliki area indoor. Untuk saat ini areanya memang terbilang sempit sih, tapi ke depannya di tempat ini akan dibangun co-working space yang bisa memuat banyak orang. Jadi porsi area indoor dan outdoor akan seimbang.

Hal menarik lainnya dari Medpresso adalah keberadaan perpustakaan mini dengan koleksi buku-buku berkualitas. Mulai dari deretan karya Pram, Andrea Hirata, Dee Lestari, Dan Brown, dan masih banyak lagi. Beberapa di antara buku tersebut masih dibungkus plastik. Tapi jika kalian ingin membacanya tak usah ragu, buka saja plastik pembungkusnya.

Selain sebagai tempat ngopi-ngopi, Medpresso juga diharapkan mampu menjadi tempat bertemunya para pegiat industri kreatif di Jogja dan tempat dilahirkannya ide-ide segar hasil kolaborasi banyak pihak. Hal ini bukan perkara yang sulit, mengingat jauh sebelum adanya Medpresso, Media Presindo merupakan penerbitan besar yang memang menjadi jujugan bagi para pelaku industri perbukuan, seniman, hingga budayawan.

Tempat ini juga terbuka bagi komunitas yang ingin mengadakan acara seperti diskusi, workshop, bedah buku, dll. Jika suatu saat komunitas kalian ingin mengadakan kegiatan, kalian bisa kontak langsung kepada pengelolanya.

Daftar Harga Menu di Medpresso Coffee Garden

Ada beragam menu yang ditawarkan di tempat ini. Berhubung branding-nya adalah Coffee Garden, tentu saja tempat ini memiliki deretan menu kopi seperti Latte, Cappuccino, Machiato, Long Black, Americano dan Espresso. Harga menu kopi di kisaran 18K – 25K. Mengingat tempat ini baru dibuka Januari 2019 lalu, menu kopinya memang masih terbatas. Tapi ke depannya akan dilengkapi dengan aneka pilihan kopi nusantara.

Bagi tim non kopi seperti saya, pilihan menunya justru lebih beragam. Ada beragam pilihan teh, smoothie, juice, squash, hingga cokelat. Sedangkan makanannya sendiri ada snack seperti friench fries, potato wegdes, hingga pisang goreng. Untuk makanan beratnya ada rice bowl.

Jika di kedai kopi lainnya harga menu non kopi akan berbeda jauh (lebih mahal) dibandingkan menu kopi, di sini harganya hampir sama. Minuman non kopi berkisar di harga 12K – 30K dan makanan dari harga 15K – 25K. Harga standar untuk kedai kopi.

Lokasi Medpresso Coffee Garden

Medpresso Coffee garden berada di Jalan Cempaka Putih no 8, Karang Gayam, Caturtunggal, Selman, Daerah istimewa Yogyakarta. Tempat ini tak jauh dari Jalan Gejayan dan Penerbitan Kanisius. Untuk kalian yang tidak tahu jalan dan membutuhkan bantuan google map atau naik ojek online, silakan menggunakan  Media Pressindo Group sebagai titik antar.

Baca: Alternatif Ojek di Jogja Selain Gojek

medpresso

Waktu Terbaik untuk Berkunjung

Berhubung konsepnya taman terbuka, tempat ini paling asyik dikunjungi saat cuaca cerah dan tidak hujan. Waktunya pagi hari saat baru saja buka atau sore hari di mana sinar matahari sudah redup. Jelang senja, lampu-lampu di sekitar taman akan dinyalakan, suasanya jadi asyik dan romantis. Kayaknya buat garden party kecil-kecilan, semacam perayaan ulang tahun gitu lucu juga deh.

Jam Buka Medpresso Coffee Garden

Medpresso Coffee Garden buka setiap hari dari jam 10.00 WIB dan last order jam 23.00 WIB. Setelah itu pengunjung bisa nongkrong sampai pagi dan lelah, nggak perlu takut diusir, soalnya ada satpam kantor yang berjaga 24 di sana.

Tips

Namanya juga tempat terbuka dan banyak pohonnya, jadi kadang ada nyamuk dan semut-semut kecil yang nakal. Kalau nggak tahan dengan gigitan nyamuk disarankan untuk bawa lotion anti nyamuk.

Kalau kalian pesan ricebowl dan nggak doyan telur setengah matang, sejak awal sampaikan ke baristanya untuk memasak telurnya hingga matang. Saat minggu kemarin saya main ke Medpresso untuk kedua kalinya, saya melakukan hal tersebut. Berhubung Mas Chandra nggak doyan, jadinya saya inisiatif bilang ke masnya yang satu telur ceploknya harus mateng. Padahal telur ceplok setengah mateng itu enak banget kan ya?

Sekian review saya tentang Medpresso Garden Coffee. Semoga berguna buat teman-teman yang mencari tempat tongkrongan baru di Jogja, khususnya di kawasan Gejayan. Btw baca review saya teman-teman jadi tertarik buat ke sini nggak sih?

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

64 Comments

  1. Jadi sayaaaang, eh jadi pengen juga ke situ, tapi jauh
    ini di ungaran sini juga ada kafe dengan tema taman gitu, tapi lebih kecil. namanya joko kopi, tepat di pinggir sawah

  2. wah, tempatnya beneran kece ya mbak. Aku suka deh bisa membayangkan bisa duduk-duduk di bawah pohon gitu, ngingetin sama jaman SMA suka ada spot namanya DPR (dibawah Prohon Rindang) hahaha.

    Dan makanan yang difoto itu ya ampun, ngiler deh lihatnya. Buahnya juga kelihatan segar banget. Aku mikirnya emang cocok untuk acara ulangtahun anak SMA gitu kali ya. Kalau anak TK rada ribet, hahaha

    • Istilah DPR ini kayaknya populer banget ya mbak, sampai kuliah aku juga pake istilah itu. Nongkrong di DPR ahahaha,

      Iya ini asyiknya nongkrong buat yang udah remaja lah, kalau anak-anak partynya di McD apa KFC aja hihihi.

  3. Itu saladnya menggoda sekaliii, aku bukan pencinta kopi tapi pengen nyobain kesini, tempatnya unyu dan makannya juga sepertinya menggoda 😀 cuman emang harus siap lotion anti nyamuk biar lbh nyaman yaa, apalagi kalau nongkrong mpe malem 😀

  4. Tempatnya asri banget, Mbakkk.. aku suka tempat makan/minum yang outdoor gini. Ih gemes ?
    Menarik sekali ya konsepnya. Ada perpus mininya pula. Hemm.. banyak yang bakal betah di sana sepertinya 🙂

  5. Tips bawa lotion anti nyamuk, cocok mbak! Kebayangkan sore2 menjelang malam pas lagi gencar2nya pasukan nyamuk keluar, terlebih setelah hujan, waduuh donor donor deh hehe

  6. Setuju, telur ceplok setengah mateng itu enak banget, apalagi kalau kuning telurnya masih meleleh.

    Asyik ya boleh berada diarea situ sampai pagi walau cafenya udah tutup. Pas banget buat yang suka begadang ngerjain tugas. Daripada sumpek di kamar kost, mending ke situ kali ya

    • Tooos, akhirnya ada teman yang hobi kuning telur meleleh hihihi.
      Iya mbak boleh, tempat ini juga sering jadi lokasi kumpul2 seniman dan budayawan juga si, mereka kan biasa kadang brainstorming sampai pagi.

    • Wah hamba terharu postingan ini dikomentari oleh presiden #NgopiTiapPekan. Betewe akutu baca tulisan soal warung kopi di blogmu n Mas Sitam buat referensi tulisan ya, bagaimana cara membuat ulasan warung kopi yang kece ahahahaha, maklum newbie.

  7. Mbaaak.. aku juga nggak doyan sama telur ceplok setengah matang! Rasanya kayak amis-amis gimana gitu.. Padahal jaman dulu pas masih kecil aku suka, kan katanya bisa nambah kecerdasan otak tuh kalau makan telor setengah matang. By the way, kafenya adem banget ya, taman yang diubah jadi kafe. Briliant idenya!

    • Samaan banget dengan suamiku tuh mbak, kalau aku mah dari kecil paling hobi telur setengah matang, baik ceplok maupun rebus. Bahkan telur bebek yang katanya amis banget pun aku bikin setengah matang hehe. Iyaaa, kafenya asyik banget, suasana taman-nya dapat banget.

  8. Asyik banget ya tempatnya..taman yang sejuk , buku dan kopi karena saya tim kopi, perpaduan sempurna.
    Ini kendalanya mungkin pas hujan saja ya..area outdoor ga bisa dipakai.
    Dan baca review ini..pasti kalau lagi di sekitar sini mampir saya 😉

  9. Wah kalo dilihat dari foto-foto sih emang iya tempatnya asik. Sekarang kafe atau resto banyak yang menggunakan konsep taman terbuka gini untuk pengunjung ya. Aku juga lebih suka, meski kadang ada yang merokok karena merasa berada di luar ruangan, hihiii

  10. Mba, Medpresso ini mirip banget konsepnya dengan Bumi Kayom yang ada di Salatiga. Bentuk ruangan indoor dan tatanan kursi di area outdoornya sama banget. Asyik ya kalau bisa kongkow2 dengan teman berlama-lama di tempat begini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *