(Nyaris) Sunrise Rafting di Sungai Progo Bawah

Saat mendengar bahwa Mas Cahyo Alkantana membuka TOP Rafting (provider arung jeram di Sungai Progo Bawah) dalam hati saya sudah merapal mantra, semoga kelak bisa menjajal aktivitas tersebut. Siapa sih yang nggak ngiler untuk rafting di Sungai Progo Bawah yang dikenal karena arus liarnya? Sungai ini termasuk sungai dengan grade yang cukup tinggi yakni antara IV – VI, bahkan pada saat-saat tertentu bisa grade VI+ dan tidak layak untuk diarungi karena derasnyanya riam.

Sungai Progo yang bersumber dari Gunung Sindoro dan bermuara di Pantai Trisik, Kulonprogo, dikenal sebagai sungai yang “angker”. Istilah angker ini lebih merujuk karena tingkat kesulitannya sehingga jarang disusuri para pemula. Progo Bawah lebih kerap disusuri para pegiat olahraga arungjeram dan juga anggota MAPALA. Kalau untuk wisatawan pemula, Progo Bawah sangat tidak disarankan.

Saya sendiri belum pernah menjajal aktivitas rafting. Tapi entah kenapa saya pengen banget menyusuri Sungai Progo Bawah dengan memakai jasa trip operator TOP Rafting. Dari rilis yang dikirimkan pihak TOP Rafting, katanya metode pengarungan di tempat ini beda dengan metode pengarungan biasanya. TOP Rafting menggunakan dayung oars, alias dayung panjang di bagian kemudi seperti yang biasa digunakan di sungai-sungai besar dunia. Jadi dengan menggunakan metode ini aktivitas pengarungan di Sungai Progo Bawah akan jauh lebih aman dibandingkan dengan menggunakan dayung biasa.

Dan rupanya semesta menjawab doa saya. 5 hari jelang lebaran, saya ditawari untuk mengarungi jeram-jeram Sungai Progo Bawah bersama TOP Rafting. Ahaaay, kontan saja tawaran ini saya iyakan. Jadwal mudik dan nostalgia di kampung halaman Wonosobo pun saya undurkan supaya bisa rafting dulu. Setelah ngobrol via WA dengan beberapa kawan yang hendak rafting bareng, kami pun memutuskan untuk melakukan morning run, alias pengarungan pertama di pagi hari.

Menurut kawan saya yang juga riverguide di Top Rafting, Ucup, katanya view pagi hari di sepanjang aliran Sungai Progo Bawah sangat indah. Berhubung sungai ini berada di kaki perbukitan menorah, maka para rafter bisa melihat selimut kabut yang perlahan naik saat cahaya matahari menyinari permukaannya. Duh, mendengar penjelasan tersebut saya semakin tak sabar untuk mencobanya.

Akhirnya kami pun menentukan waktu, pengarungan akan dilangsungkan pukul 05.30 WIB. Sebelum jam itu kami semua harus sudah tiba di basecamp yang terletak di sebelah Jembatan Kreo, Dekso, Kulonprogo. Niat awal saya berencana berangkat dari rumah pukul 04.30 WIB, namun berhubung kehidupan sekarang sudah berubah (ceilaaah), niat hanya sebatas niat. Selesai packing buat barang-barang pribadi saya masih harus nyiapin sarapan buat Re dan ngurusin segala printilannya. Akhirnya kami baru bisa keluar rumah jam 05.00 WIB.

Langit pagi masih gelap saat kami bertiga meninggalkan rumah. Siluet Gunung Merapi terlihat sangat gagah. Jalanan masih temaram dan persawahan berselimut kabut. Setelah menyeberang Jalan Kaliurang, Jalan Magelang, dan melintasi daerah perdesaan Mlati, hingga jalan Godean, kami pun tiba di basecamp saat mentari sudah muncul sekitar pukul 05.45 WIB. Saya hanya bisa senyum-senyum sambil minta maaf ke kawan-kawan yang lain, untung mereka memaklumi.

Tanpa menunggu berlama-lama, kami pun segera naik ke mobil menuju lokasi dimulainya pengarungan. Seharusnya rafting ini dimulai dari Jembatan Bligo, Ancol, sayangnya jembatan tersebut sedang direnovasi sehingga lokasi dimajukan sekitar 1 km sesudah jembatan. Pagi itu perasaan saya campur aduk. Antara excited untuk uji nyali di Sungai Progo Bawah serta ketar-ketir karena meninggalkan Re dan bapaknya di basecamp. Maklum ini pengalaman perdana meninggalkan bayi bertualang, semoga bocah tidak rewel saat lihat nggak ada simboknya di sisinya.

Seperti rafting pada umumnya, sebelum memulai pengarungan kami ada sedikit briefing dari riverguide dan juga latihan pegang dayung. Setelah itu masing-masing dari kami naik ke kapal yang tersedia. Awalnya saya pikir hanya ada 1 kapal yakni milik tim kami, rupanya pagi itu ada 4 kapal yang turun. 2 kapan untuk tim saya dan rombongan keluarga, 1 kapal yang isinya para dedengkot yang mau have fun, serta 1 kapal khusus untuk tim rescue. Ya, inilah asyiknya rafting pake jasa TOP River. Mas Cahyo, selaku owner yang paham betul tentang dunia petualangan benar-benar memberikan standar pelayananan dan keselamatan yang tinggi. Untuk tiap pengarungan akan ada 1 kapal khusus search and rescue, jadi jika ada kapal yang terbalik atau peserta yang jatuh dari kapal, dalam hitungan detik mereka akan mengangkat peserta tersebut.

Setelah semua siap di atas kapal, pengarungan pun dimulai. Belum 5 menit menyusuri sungai, kami sudah disambut jeram yang lumayan. Saat memasuki jeram air membuncah kemana-mana, termasuk membasahi wajah yang belum mandi. Sembutan yang begitu meriah di pagi hari. Perahu pun terus melaju menyusuri sungai yang berkelak-kelok. Berbagai jenis jeram pun kami lewati, mulai dari yang biasa hingga jeram yang dipenuhi hole serta wave yang besar.

Air terjun di sisi tebing (pic by Jaya YogYES)
Air terjun di sisi tebing (pic by Jaya YogYES)

Ternyata ucapan Ucup bukan omong kosong. View di sepanjang bantaran Sungai Progo bawah sangat menarik. Di kejauhan punggungan Bukit Menoreh yang berselimutkan kabut tipis terlihat sangat gagah. Sungai pun terasa begitu tenang karena jauh dari perkampungan penduduk. Di salah satu bagian kami menjumpai air terjun yang mengalir dengan deras, juga jembatan gantung yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Saya benar-benar menikmati rafting perdana ini. Meskipun gagal sunrise rafting, setidaknya masih ada panorama epic yang tersisa untuk kami nikmati. Berhubung rafting kali ini nggak ada adegan kapal terbalik, di bagian sungai yang cukup tenang saya memilih untuk nyemplung dan menghanyutkan diri. Kapan lagi coba bisa mandi-mandi di sungai seperti ini.

Sekarang foto berlatar Sungai Progo dulu ya bRe. 4 tahun lagi baru ibu ajakin ngarung.
Yeay akhirnya ketemu petualang idola, Cahyo Alkantana. Besok gede jadi petualang + film maker kaya dia ya dek.
Pertama ketemu saat caving di Jomblang, lanjut rafting di Progo. Kapan kita mau ketemu di gunung, Cup?
Pertama ketemu saat caving di Jomblang, lanjut rafting di Progo. Kapan kita mau ketemu di gunung, Cup? 

By the way berhubung kemarin hulu nggak hujan jadinya jeramnya nggak seekstrim yang saya bayangkan. Saya masih menunggu kesempatan buat rafting di Progo Bawah lagi dengan kondisi air yang coklat pekat dan jeram yang lebih liar.  Jadi adakah yang mau rafting bareng saya di Sungai Progo Bawah?

Ps: berhubung nggak bawa kamera jadi foto-foto pas di sungai pinjam dari YogYES.COM.

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

16 Comments

    • Iya mbak, sungainya lebar. Makanya bisa buat oar rafting. kalau pake dayung yang biasa agak serem juga sih, soalnya jeramnya bener-bener gede, banyak yang sudah jadi “korban” juga. Tapi kalau pake oars aman.

  1. aggghhhhhh aku mau banget kalo arung jeramnya deras… naikin adrenalin banget :D… tgl 9 besok sbnrnya aku ke solo mbak.. bisa kali ya disinggahin dulu kesana :D.. harus bujuk2 pak suami nih… biasanya dia doyan juga sih olahrga extreme begini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *