Sampai Jadi Debu

sampai jadi debu

Suami saya berulang tahun hari ini. Saat menghitung umurnya, saya kaget. Ternyata kami sudah bersama cukup lama. Sejak saya di penghujung belasan, sampai kini kepala tiga. Sejak dia masih belum semperempat abad, hingga kini, tak usah saya sebutkan berapa.

Lebih dari satu dekade berjalan bersama, selain bertambahnya timbunan lemak di perut dan uban yang memenuhi kepala, rasanya tak banyak yang berubah darinya. Dia tetap lelaki yang sama sejak saya pertama mengenal. Tak berlaku romantis, apalagi membual hal-hal manis.

Baca: Tentang Mas Pendaki, Tentang Mimpi-Mimpi, Tentang Kamu

Tak pernah ada setangkai mawar yang tersembunyi di balik punggung, tak pernah ada kado terbungkus pita di hari ulangtahun, tak pernah ada kartu ucapan manis di hari jadi pernikahan, atau kejutan-kejutan kecil yang membuat saya memekik girang.

Dulu saya sebal. Masakkan tiap hendak ulangtahun saya harus membuat permintaan dengan jelas? Semisal “besok aku ulangtahun, aku mau dikasih surprise kua tart ya!” atau “sesekali pas valentine aku dibeliin coklat dong!”. Dan betul dia melakukannya. Surprise tapi saya yang minta, apa-apaan!

Semakin lama bersama, akhirnya saya tahu bahwa dia memang lelaki yang seperti itu. Jangan menuntut dia bersikap romantis, karena dia tak akan bisa. Pada akhirnya saya menyadari, dia justru memiliki hal-hal lain yang lebih penting untuk saya dibanding berlaku romantis.

Dia membebaskan saya bekerja dan berkarya sesuai dengan renjana saya. Walau jarang keluar kata pujian tiap saya melakukan pencapaian-pencapaian, saya tau dia membanggakan saya di depan kawan-kawannya.

Suami saya juga memberikan keleluasaan untuk saya melancong kesana kemari, baik untuk urusan pekerjaan maupun bersenang-senang. Beberapa waktu lalu, I take it for granted. Tapi semakin ke sini saya semakin tahu bahwa tidak semua perempuan menikah mendapatkan privilege seperti saya.

Baca: Tentang Ibu Traveling dan Nyinyiran Kanan Kiri

Bahkan dia membebaskan saya tetap bersahabat erat dengan kawan-kawan saya yang didominasi lelaki serta terus bekerja atau bepergian dengan mereka. Dia memberi saya kelonggaran dalam banyak hal, termasuk membebaskan saya memotong rambut sesuka hati atau memakai jeans sobek dan dekil kesayangan. Ini jelas saya tulis, karena banyak kawan saya yang dilarang suaminya melakukan hal tersebut.

Pada akhirnya saya baru sadar, ternyata itu salah satu alasan mengapa saya bisa bertahan dengannya sekian lama. Saya jatuh cinta dengannya, karena dia adalah pria yang memandang saya sebagai pribadi utuh dan sepenuhnya merdeka. Bukan sosok wanita yang ada dalam kendali tangannya serta harus tunduk dan patuh sepenuh.

Saya jatuh cinta karena dia membebaskan saya memilih apa yang saya inginkan. Dia tidak banyak menuntut dan mengekang kehidupan saya. Dia selalu mendukung saya untuk melakukan apa pun.

Dia dalah sosok yang terus berusaha menggenggam erat jemari saya dan tak pernah melepaskannya, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Dia yang terus belajar untuk memahami saya yang terkadang sangat menyebalkan. Dia yang selalu berusaha mendampingi langkah saya, secepat apapun saya berlari, mapun selambat apa pun saya tertatih.

Baca: Genggaman yang Menguatkan

Dan hari ini, pria tersebut menggenapkan usianya.

Terimakasih, telah hadir dan ada. Terimakasih untuk hari-hari yang lalu, hari ini, dan hari-hari yang akan datang. Kiranya Tuhan terus menjaga seluruh sendi kehidupanmu. Seperti lagu yang kerap kau dendangkan “kiranya Tuhan memberkatimu berlimpah-limpah, memperluas daerahmu, dan kiranya tangan Tuhan menyertaimu dan menjagamu dari segala mala petaka sehingga kesakitan tidak menimpamu”.

Selamat memasuki usia baru, lelakiku.
Dalam duka, dalam suka, dalam malang, dalam senang, kini sampai jadi debu. Bersama selamanya.

Kaki Merapi yang sedang gerimis, 29 Jan 2018
Ditulis sambil dengerin “Sampai Jadi Debu” Banda Neira, satu-satunya lagu favorit saya yang mas suami juga sepakat bilang “liriknya dalam”

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 248

17 Comments

  1. Selamat bertambah usia bapaknya bRe, mas Candranya Mbak Sha. Semoga sehat terus, berlimpah kebaikan dan kebahagiaan.

    Betul mbak, tak semua laki-laki berkarakter ala romantis. Dan begitulah ia. Kadang, aksinya lebih nyata, dan tidak membahayakan (gombalin ke perempuan-perempuan). Wkwk. Mbak Sha bersyukur, dikaruniai suami yg super demokratis :))

  2. Lagu Sampai Jadi Debu menurutku lagu yg romantis, tp bukan romantis yang menye-menye. Melainkan romantis bermakna yg dalam. Lagu ini juga mengingatkan aku pada alm bapak/ibu. Dan seperti pada lagu tersebut, peristirahatan terakhir mereka pun bersanding.

    Selamat ulang tahun bapaknya bre.

    • Ah ini lagu dahsyat banget, powerfull. Aku kalau dengerin kadang terharu sendiri, maknanya dalam banget. Relationship goal yang sesungguhnya yak, sampai jadi debu tetap berdampingan. Terimakasih, Jo. Salam akan disampaikan 🙂

  3. Selalu suka sm ucapan2 doa dr bibuk bre…

    “Dalam duka, dalam suka, dalam malang, dalam senang, kini sampai jadi debu. Bersama selamanya.”

    Aiiiiih~ Mas candra yg dikasih ucapan, aku ikutan melting. Wkwkwk *ancene baperan*

    Btw, selamat bertambah usia ayah bre…

    • Nyiahahahahaha, dirimu nek tak pacar aku mesti gaweane melting tok saben dino.
      betewe melihatmu yang baperan aku kok seperti berkaca pada diriku sendiri ya, Om Aji. Kamu versi cowoknya aku muahahahaha.

  4. Awal kali ketemu mas Candra ya pas ketemu mbak Sa waktu itu.
    Jun langsung berbisik, ” Bapak-bapak pendaki, lihaten sepatunya, mau kondangan pake sepatu gunung, badannya kekar dan sehat bugar ”

    Wkwkw langsung seketika aku tertawa mbak haha, bayangin besok Jun bakal gt juga.

    Aish kadang kita jadi aneh sendiri ya mbak, kalo ulang tahun minta di kado ??, akupun kdg suka gt, jadi aneh rasanya.

    Tp jujur dger ceritanya Mbak Sa yg buanyak itu, aku jadi faham betul Mas Candra pasti suabar bgt. Apalagi tragedi foto menjelang nikahan itu ahh ingat sekali aku.

    Pokoknya selamat ulang tahun Bapaknya Bre, semoga panjang umur sehat selalu, rejekinya makin banyak, bahagia selalu dg keluarga.

    • Muahahahaha, duh gak nyangka kalian berpikiran seperti itu. Dan tau enggak sih, dulu pas nikahan juga pengen pake sepatu gituan, tapi kutolak abis-abisan. Akhirnya beli sepatu pantivel, dipakai sekali pas pemberkatan dan resepsi, abis itu keesokan harinya dihibahkan ke bapakku.

      Itu sampai sekarang juga masih pake dompet yang dicantolin karabiner ke lubang ikat pinggang di celana. Wis lah, sak senengmu mas. Besok pasti Jun kayak gitu 😀

      Terimakasih banyak ya, Lidia, untuk doa-doanya. Semoga doa baik pun berbalik kepadamu juga Jun :*

  5. Awalnya nggak mau baca. Takut baper kan. Cuma kok nggak sengaja nge klik ya. 🙁

    Kalau sekarang mah nggak zaman lelaki romantis, melainkan lelaki yang membiarkan wanitanya tetap berkarya dan menjadikan ia jadi pribadinya sendiri. Dan ini susah.

    Selamat bertambah usia Ayahny Bre, semoga panjang umur dan diberikan rejeki yang melimpah. 🙂

    • Hihihihi, jadi salahkan siapa nih kalau nggak sengaja nge-klik?
      Parameter pria keren semakin kesini semakin berubah ya nampaknya. Yup, pria yang mengijinkan wanitanya terus berkarya itu yang jadi idola.

      Terimakasih, Ika. Amiin buat semua doanya 🙂

  6. Kayak suamiku banget. Ga romantis, tapi dia membebasin aku melakukan apa yg aku suka. Prinsipnya, dia kerja hanya utk istri dan anak :). Aku lbh memilih suami yg begini, drpd yg super romantis tp mengekang :p

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *