Setahun Menata Hati & Melangkah Sendiri

Ternyata sudah setahun lebih satu bulan ya. Gak kerasa. Waktu sepertinya berjalan sangat cepat dan semakin cepat. Masih ingat jelas bagaimana saat-saat pertentangan hati dimulai, antara terus bertahan untuk berjalan beriringan atau memutuskan untuk mengakhiri semuanya dan memilih jalan sunyi sendirian.

Banyak orang menyesalkan keputusan yang saya ambil, bahkan orang-orang terdekat pun banyak yang menyuruh saya untuk terus bertahan. “Apa susahnya bertahan? Sesulit apapun masalahmu pasti nanti akan ada jalan keluarnya. Semua pasti akan kembali baik-baik saja,” kata simbok saat saya mengatakan ingin menyudahi semuanya.

Semua hal yang terjadi saat itu terlalu rumit untuk dijelaskan dan diterima oleh nalar. Selama ini orang melihatnya baik-baik saja. Kami adalah pasangan yang serasi. Ya, saya sangat mencintainya. Berada di dekatnya adalah hal yang membahagiakan. Tapi rupanya ada hal-hal kecil yang membuat semuanya semakin rumit. Kesalahan-kesalahan yang dulu sepertinya tak terlihat akhirnya membesar. Terlebih satu kesalahan terakhir yang saya lakukan akhirnya memperburuk keadaan.

Ya, saya masih mencintainya. Tapi semua tak bisa lagi sama seperti dulu. Saya memutuskan untuk mundur. Tak ada gunanya bersama jika  hanya saling menyakiti, jika tak ada lagi rasa saling percaya. Saya pun memilih pergi.

Tak terasa Juli ini sudah memasuki bulan ke 13 saya pergi dan memutuskan untuk berjalan sendiri, tidak terikat maupun mengikat siapa pun. Sejak saat itu saya mengalami semacam petualangan hidup. Semua jauh lebih menarik, lebih mendebarkan, lebih menggairahkan, dan terkadang lebih menakutkan.

Selama setahun terakhir ini banyak hal manis yang saya alami, tapi hal-hal pahit & getir pun banyak yang menyertai. Pahit pol malah. Bahkan beberapa kali saya berada di titik nadir, tersungkur, dan ingin menyerah. Tapi tiap kali saya hendak berhenti melangkah selalu saja ada keajaiban-keajaiban yang Dia tunjukkan dan meyakinkan saya bahwa jalan yang saya tempuh tidaklah salah. Melangkah sendiri seperti ini membuat saya semakin menggantungkan diri pada Sang Pemilik Hidup.

Banyak orang terdekat menganggap saya keras kepala dan sok idealis. Idealis? Ah sepertinya tidak juga. Saya hanya tidak mau berkompromi melakukan hal-hal yang tidak saya inginkan. Saya tidak ingin menjadi robot. Bekerja karena tugas bukan karena hati. Terdengar egois sih. Tapi memang seperti itu adanya saya.

Soal keras kepala? Ya kalau itu saya menyadarinya. Mungkin saya seperti laba-laba kecil si Incy Wincy yang hobi naik talang air. Meski tau hujan turun dia tetep ngeyel dan pada akhirnya tergelincir jatuh. Hei, tapi bukankah selalu ada mentari yang akan mengeringkan talang air sehinggi dia bisa naik lagi? Tak ada duka yang abadi, bahkan bahagia pun ada masa kadaluarsanya.

Sekarang saya lebih selow menjalani hidup, tidak ngoyo. Materi bukanlah yang utama, tapi kepuasan hati yang terpenting. Saya tau jalan yang saya hadapi di depan tak lagi mudah. Saya sendirian memilih jalan sunyi tanpa kawan. Tapi saya sudah siap melangkah menghadapinya. Kapal yang tertambat di dermaga memang aman dari amukan badai. Tapi bukan untuk itu kapal diciptakan. Dan sekarang meski terseok-seok saya sedang berusaha berlayar ke tengah laut menghadapi gelombang itu. Jika Dia Sang Pemberi Hidup sudah membawa saya melangkah sejauh ini, saya yakin Dia pun akan menjagai hingga akhir nanti.

Betewe terimakasih untuk kalian, orang-orang yang tetap setia mendampingi saya, menghargai keputusan-keputusan saya, dan terus menyediakan telinga serta bahu untuk bersandar kala saya lelah. Terimakasih untuk pengertian dan kesabaran kalian dalam menghadapi saya yang keras kepala ini.

Dan inilah saya, Sasha, yang dengan congkaknya berani menantang dunia yang semakin lama semakin berat dan menakutkan. Yang dengan sombongnya mengacungkan jari tengah untuk apa yang dinamakan pasrah pada keadaan. Karena hidup adalah soal perjuangan dan pertaruhan!

Jogja, Juli 2013
Mengenang setahun masa pengangguran

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 248

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *