Untukmu yang Mencintai Kabut dan Ketinggian

Untukmu yang mencintai kabut dan ketinggian

Halo, apa kabar ladang edelweis dan pucuk cantigi pagi ini? Apakah sudah mulai mekar? Kau tau, di sepanjang jalan yang kulewati bunga-bungan juga bermekaran indah, meski aku tau itu semua tak akan mampu mengalihkan perhatianmu dari bunga-bunga di puncak gunung. Tapi aku pikir sesekali kau perlu berjalan di padang dandelion dan melihat betapa indah kelopaknya yang bertebaran kala tertiup angin. Kadang kita tak harus menjadi setangguh edelweis atau sekuat cantigi yang tahan menghadapi badai di lereng gunung karena dengan menjadi dandelion yang kelopaknya rapuh pun kita bisa menebarkan harapan dan memberi kekuatan bagi orang-orang di sisi.

Pagi ini aku kembali melanjutkan perjalanan yang telah aku impikan sejak lama. Dan aku percaya mungkin kau masih bertanya-tanya untuk apa aku terus berjalan sedangkan semua yang aku miliki dan cintai jelas-jelas ada di rumah. Kau harus tahu bahwa perjalananku kali ini bukan tentang pencarian apalagi pelarian. Bukankah terkadang kita memang sering melakukan sesuatu tanpa alasan? Aku hanya ingin mengumpulkan remah-remah dan membingkainya menjadi satu kisah yang indah.

Aku ingin memberitahumu bahwa perjalanan ini telah menyadarkanku. Selama ini aku tak begitu menyadari keberadaan  ataupun ketiadaanmu. Semua hari kurasa sama karena kita telah terbiasa berdua. Namun bentangan jarak, ruang, dan waktu yang memisahkan kita membuatku tau bagaimana  itu rasanya rindu. Sial. Ternyata benar kata orang-orang bahwa jarak menerbitkan rindu, dan berjarak darimu membuatku menyadari betapa penting dan berartinya keberadaanmu dalam hidupku.

Perjalanan kali ini juga membuatku menyadari bahwa meninggalkan itu sama beratnya dengan ditinggalkan. Karena meninggalkan pergi memerlukan kekuatan hati untuk bertahan serta berujar “aku baik-baik saja” meski kenyataannya tak begitu.

Aku tak tau kapan kaki ini berhenti melangkah. Tapi satu hal yang aku tau dan kau pun harus tau. Sejauh apapun aku melangkah kini, kaulah satu-satunya tempatku pulang dan melabuhkan hati. Sebab aku ingin menikmati senja di beranda bersamamu sembari berbincang tentang anak-anak yang beranjak dewasa serta hari-hari penuh petualangan yang telah kita lewati. Dan kita akan terus berjalan bersama hingga usia beranjak renta.

dariku
petualang mimpi

09032013656

09032013653

09032013654

————

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Kampung Fiksi #PostcardFiction 

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

3 Comments

  1. aku suka yg ini ” Karena meninggalkan pergi memerlukan kekuatan hati untuk bertahan serta berujar “aku baik-baik saja” meski kenyataannya tak begitu.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *